Jet Tempur Bekas untuk TNI Banyak Masalah, Austria Tetap Nego Prabowo
- Kemhan RI
VIVA – Menteri Pertahanan Austria, Klaudia Tanner telah membalas surat dari Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subianto terkait niatan memborong jet tempur bekas Eurofighter Typhoon untuk Tentara Nasional Indonsia (TNI).
Dan dalam surat balasan tertanggal 4 September 2020 itu, Tanner secara terang-terangan menyatakan negaranya siap melakukan transaksi dengan Indonesia, untuk penjualan 15 unit jet tempur buatan Boeing itu.
"Kami dengan senang hati menerima minat Anda untuk membeli lima belas Eurofighter Austria untuk memodernisasi armada udara Anda," tulis Tanner dalam surat yang ditujukan kepada Prabowo Subianto.
Dalam surat yang dilansir VIVA Militer dari krone, Selasa 8 September 2020, Tanner juga mengungkapkan bahwa sebenarnya meski Austria telah setuju menjualnya ke Prabowo, belum tentu 15 pejuang udara itu bakal bisa sampai cepat ke Indonesia.
Sebab, Tanner menerangkan, banyak masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu oleh Indonesia dan Austria. Dan yang rumitnya, permasalahan itu melibatkan Amerika Serikat dan empat negara Eropa serta pihak Boeing.
"Namun, jelas juga bahwa setiap penjualan sangat rumit dan sulit karena perjanjian terbatas Darabos," tulis Tannner.
Yang pertama tentunya Amerika, sebab menurut Tanner di tubuh Eurofighter Typhoon tertanam peralatan yang teknologinya berasal dari Negeri Paman Sam, yaitu Global Positioning System (GPS).
Dan sudah pasti, yang namanya Amerika tak mau sembarangan melepas alat itu ke Indonesia, sebagai pebisnis senjata dan alat perang, tentu Amerika tak mau teknologi yang ada di GPS diketahui Indonesia, apalagi sampai ditiru dan diproduksi sendiri.
Selanjutnya, Indonesia harus berhadapan dengan Jerman, Inggris, Italia dan Spanyol. Tentang masalah apa lagi ini ya?. Jadi semua jet tempur itu harus memiliki sertifikat, jika Indonesia mau memboyong 15 Eurofighter Typhoon ke Tanah Air, tentunya harus mengantongi sertifikat itu dulu.
Sertifikatnya diterbitkan Boeing sebagai pabrikan. Hanya saja harus mendapatkan izin dari keempat negara Eropa itu. Sebab, jet tempur ini dirancang dan dibuat melalui sebuah konsorsium negara-negara Eropa.
Kalau mau cepat sih bisa saja, Tanner menawarkan opsi lain, Tanner menjelaskan caranya. Yaitu, Boeing membeli lagi pesawat itu dari Austria, lalu setelah dibeli, Boeing meningkatkan teknologinya dan menjualnya ke Indonesia.
Nah, meski dibalut segudang masalah perizinan, Tanner menyatakan tetap akan melakukan negosiasi dengan Prabowo untuk memastikan nasib dari rencana kerjasama kedua negara terkait jet tempur bekas ini.
Negosiasi yang dimaksudkan Tanner ini beragam, mulai dari nota kesepahaman kerjasamanya, mengurus perizinannya sampai ke masalah harganya. Dan Tanner telah bersiap mengirim duta untuk berbicara dengan Prabowo dan timnya.
"Karena itu kami dengan senang hati menerima minat Anda untuk membeli lima belas Eurofighter Austria untuk memodernisasi armada udara Anda dan sekarang akan mengevaluasi dan memeriksanya secara intensif. Dalam hal ini, pakar saya akan menghubungi departemen Anda untuk mengklarifikasi pertanyaan lebih lanjut," tulis Tanner.
Perlu diketahui ya, Austria membeli 15 unit jet itu tak murah, waktu masih baru harganya sekitar 90 juta Euro sampai 125 juta Euro. Pesawat itu dibeli pada 2003.
Padahal setahun sebelumnya Austria berencana membeli 24 unit, tapi karena mahal, akhirnya cuma beli 18 unit saja. Kocaknya lagi jumlah pembelian kembali dikurangi jadi cuma 15 unit saja. Dan Austria baru bisa melunasi pembayaran 15 unit jet itu pada September 2014.
Ketertarikan Prabowo untuk memborong 15 Eurofighter Typhoon milik militer Austria terungkap dalam surat yang dilayangkan pada Tanner.
Prabowo mengirim surat khusus yang isinya penawaran untuk bekerjasama terkait pembelian jet tempur milik militer Austria berjenis Eurofighter Typhoon pada 10 Juli 2020.
"Tolong izinkan saya untuk menghubungi Anda secara langsung mengenai masalah yang sangat penting bagi Republik Indonesia," kata Prabowo dalam suratnya.
Prabowo menyatakan alasan pembelian 15 jet itu demi memodernisasi alutsista Tentara Nasional Indonesia atau TNI.
"Untuk memodernisasi Angkatan Udara Indonesia, saya ingin mengadakan perundingan resmi dengan Anda untuk membeli semua 15 Eurofighter untuk Republik Indonesia," tertulis surat itu.
Baca: TNI Temukan Objek Mencurigakan di Lautan, Ternyata Orang Terapung