Cerita Prajurit Kopassus TNI Cuma Gosong Ditembak Jenderal Benny

VIVA Militer: Kopassus
Sumber :
  • Penkopassus

VIVA – Tak cuma gegerkan dunia karena diberitakan BBC, gugur ditembak teroris. Ternyata banyak sekali kisah yang dialami Kapten TNI Untung Suroso dalam perjalanan melaksanakan tugas operasi pembebasan sandera pembajakan Pesawat Garuda penerbangan 206 di Bandar Udara Don Mueang Bangkok, Thailand, pada Maret 1981.

Pengemudi Koboi Ngaku TNI Umbar Tembakan di Depok Berujung Ditangkap

Nah, ternyata sebelum diterbangkan dari Jakarta menuju ke Bangkok, ada sebuah kisah yang cukup mendebarkan dialami komandan tim kilat penyerbuan itu.

Ketika itu Kapten Suroso dan  30 prajurit Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) diperintahkan untuk menghadap Panglima TNI (ABRI) Jenderal Leonardus Benyamin Moerdani alias Benny Moerdani.

Terlalu Banyak Kontroversi, Popularitas Netanyahu Menurun di Israel

Dari markas korps baret merah di Cijantung mereka bertolak menggunakan truk menuju Tebet. Singkat cerita, Kapten Suroso langsung diminta masuk ke dalam. Hanya saja tak semua yang datang diizinkan bertemu Jenderal LB Moerdani.

"'Yang masuk jangan semua, yang mau ke pesawat saja So'," kata Letkol (purn) Untung Suroso dalam wawancara yang dilansir VIVA Militer dari siaran resmi Pusat Penerangan TNI, Senin 7 September 2020.

Putusan MK soal Hukuman bagi Aparat Tak Netral dalam Pilkada Kurang Berefek Jera, Kata Akademisi

Lalu, Kapten Suroso menunjuk enam anak buahnya untuk masuk menghadap Panglima. Dan saat berada di dalam, Jenderal LB Moerdani langsung memberikan peralatan militer kepada 7 prajurit Grup 1 Para-Komando itu.

Peralatan yang dibagikan berupa rompi anti peluru, senjata api kedap suara dan berbagai alat komunikasi lainnya. Kemudian Jenderal Benny memerintahkan Kapten Suroso untuk memakai rompi anti peluru itu.

"Saya pakai lalu dibagikan pistol. Lalu Pak Benny bilang, 'ini pistol kalau ditembakkan enggak bunyi'," kata Kapten Suroso menceritakan.

Dengan polosnya Kapten Suroso menimpali pernyataan LB Moerdani dengan candaan khasnya. "Emang pelurunya macet Pak," kata Suroso.

Tak lama kemudian, setelah Kapten Suroso mengenakan rompi itu, tiba-tiba saja terdengar suara seperti letusan senjata api. "Wah, apa itu? kayaknya Pak Benny yang nembak, kok enggak dorr," kata Kapten Suroso ketika itu setengah terkejut.

Setelah suara letusan itu, Jenderal LB Moerdani memerintahkan Kapten Suroso untuk membuka rompi anti peluru yang dikenakannya itu.

"Coba buka itu baju kamu," kata LB Moerdani seperti ditirukan Kapten Suroso dalam ceritanya.

Kapten Suroso pun menjawab dengan tegas, "Gosong Pak," katanya.

LB Moerdani menimpali jawaban Kapten Suroso dengan sebuah penjelasan yang teknis tentang rompi tersebut. "Tuh kalau pakai rompi anti peluru ditembak hanya gosong," kata LB Moerdani dalam kisah yang diungkapkan Kapten Suroso.

Jenderal LB Moerdani menembak tubuh Kapten Suroso memang bukan untuk mencederainya. Tapi ingin memperlihatkan kecanggihan rompi itu sebagai pelindung prajurit yang akan terlibat dalam Operasi Woyla, agar prajurit yang terlibat benar-benar merasa aman dan leluasa bergerak.

Singkat cerita, setelah dibekali peralatan, maka Kapten Suroso dan enam anak buahnya serta puluhan prajurit yang menunggu di luar langsung diterbangkan ke Thailand,untuk melaksanakan operasi pembebasan warga Indonesia yang sudah empat hari disandera kelompo teroris Komando Jihad di dalam pesawat DC-9 tersebut.

Jenderal LB Moerdani dan Komandan Grup-1 Para Komando, Letnan Kolonel Infanteri Sintong Panjaitan, memimpin langsung operasi khusus skala internasional itu. Dan tim penyerbu yang dipimpin Kapten Suroso berhasil membebaskan sandera sekaligus melumpuhkan lima pelaku pembajakan.

Operasi penyerbuan berlangsung sangat cepat hanya dua menit 49 detik atau 169 detik, tim Kopassus berhasil merebut kembali Pesawat Garuda itu dari tangan pambajak. Dan operasi ini disebut-sebut sebagai operasi penyanderaan paling kilat dan tersukses di dunia.

Dalam peristiwa itu, salah satu anak buah Kapten Suroso yang bernama Achmad Kirang, gugur. Dia meninggal dunia akibat tertembak senjata para teroris. Almarhum tertembak di bagian perut, tepat di posisi yang tak terlindungi oleh rompi anti peluru yang dibagikan Jenderal LB Moerdani di Tebet.

Untuk diketahui, pesawat itu dibajak 5 kelompok teroris dari Komando Jihad ketika dalam penerbangan dari Pelabuhan Udara Sipil Talang Betutu, Palembang, Sumatera Selatan menuju Bandara Polonia Medan.

Saat baru lepas landas pelaku langsung melakukan pembajakan, dengan membawa senjata mereka menguasai pesawat. Awalnya para teroris memerintahkan pilot untuk menerbangkan pesawat menuju Kolombo, Sri Lanka. Namun karena keterbatasan bahan bakar akhirnya penerbangan dialihkan ke Bandara Penang di Malaysia, untuk pengisian bahan bakar. Setelah itu pesawat kembali terbang ke Thailand.

Total selama empat hari pembajakan itu berlangsung. Di dalam pesawat ada 57 penumpang. Semuanya selamat dan hanya dua orang cidera ringan.

Sementara itu, empat dari lima teroris meregang nyawa. Tiga tewas dalam penyerbuan dan satu tewas dalam perjalanan kembali ke Indonesia. Dan otak pembajakan itu yaitu, Imran bin Muhammad Zein ditangkap hidup-hidup hingga akhirnya dijatuhi hukuman mati oleh hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya