11 Prajurit TNI Tembus Zona Perang di Tengah Ancaman Rudal Amerika

VIVA Militer: Ilustrasi perang Afghanistan
Sumber :

VIVA – Pada Februari 1989, Uni Soviet akhirnya memutuskan untuk mundur dari Afghanistan setelah genap 10 tahun menginvasi negara itu dengan hasil yang dinilai tak memuaskan, karena perang terlalu banyak memakan biaya.

Padahal sejak pertama kali masuk menyerang Afghanistan pada Desember 1979, Uni Soviet sempat berhasil menguasai negara itu, menguasai Istana Tajbeg hingga menggulingkan pemerintah Presiden Hafizullah Amin.

Namun, upaya Soviet untuk mempertahankan pemerintahan Marxis-Lenin di Afganistan, melalui Partai Demokrasi Rakyat Afghanistan akhirnya kandas oleh para Mujahidin yang didukung Amerika Serikat dan Pakistan.

Sepeninggal Uni Soviet, ternyata kondisi Afghanistan tak membaik seperti yang diharapkan. Perang saudara pecah dan perebutan kekuasaan melalui jalan konfrontasi senjata tak henti-henti hingga Afghanistan berubah jadi sebuah zona perang paling mematikan kala itu.

Yang menjadi korban dari semua itu tetaplah rakyat Afghanistan. Dalam kondisi itu kelaparan melanda dan menjadi pembunuh menakutkan selain peluru dan rudal-rudal para Mujahidin.

Dunia pun terpanggil untuk turun tangan membantu rakyat Afghanistan, tak terkecuali Tentara Nasional Indonesia. Pada 1994, TNI mendapatkan tugas misi kemanusiaan ke Afghanistan di bawah payung Palang Merah Internasional atau International Committee of the Red Cross (ICRC).

Pada 9 November 1994, TNI Angkatan Udara memutuskan untuk mengirim satu tim menjalankan misi kemanusiaan itu. Dan akhirnya TNI memutuskan untuk memberangkatkan satu tim dari Skadron Udara 32 Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang, Jawa Timur.

Berdasarkan kisah sejarah yang dihimpun VIVA Militer dari Skadron Udara 32, ketika itu ada 11 prajurit terpilih untuk melaksanakan misi itu dengan armada satu pesawat Hercules C130H tail number A1315.

11 prajurit TNI AU itu yakni:

1. Letkol Pnb Suyanto (Mission Commander Markas Besar TNI AU)
2. Letkol Pnb Bambang Sugito (Deputy Mission Commander Markas Besar TNI AU)
3. Mayor Pnb Ida Bagus Anom Manuaba sebagai (Pilot in Command)
4. Kapten Pnb Tata Endrataka (Second in Command)
5. Lettu Pnb Jaka Pituana (Co Pilot)
6. Mayor Nav Azman Yunus (Navigator)
7. Kapten Tek Asmawi (JMU)
8. Lettu Tek Ngadiman (JMU)
9. Serka Budiono (JMU)
10. Lettu Tek Agus Suwarto (LM)
11. Serka Suparno Putro (LM)
 
Awalnya dalam perencanaan misi itu akan dilaksanakan untuk jangka waktu 4 hari saja. Tapi, semua rencana itu meleset. Sebab ternyata situasi di Afghanistan benar-benar di luar dugaan. Akhirnya misi dilaksanakan dalam 14 hari.

Eks Panglima Tempur Ukraina: Perang Dunia III Telah Dimulai!

Meski harus menembus zona perang yang sangat berbahaya, 11 prajurit TNI AU sama sekali tak gentar, apalagi misi yang mereka emban menyangkut nyawa rakyat terdampak perang saudara.

Mereka tetap berjuang untuk bisa mendaratkan pesawat yang mengangkut 90 ton bantuan kemanusiaan berupa peralatan medis, obat-obatan, pakaian hangat, tenda hingga generator listrik.

Puluhan Tewas, Rusia Bom Kota Timur Ukraina dengan Rudal Balistik Antarbenua

Memang, misi kemanusiaan TNI itu sudah mendapatkan jaminan keamanan dari pemimpin faksi-faksi yang terlibat dalam perang saudara itu. Hanya saja tim TNI sangat khawatir terhadap ancaman rudal-rudal stinger milik Amerika Serikat yang pernah disuplai ke pejuang mujahidin.

Situasi tak menentu, untuk mendaratkan pesawat bukan perkara mudah. Selain ancaman tertembak rudal Amerika, fasilitas navigasi pun tak ada. Dan fasilitas komunikasi antara pesawat TNI dengan tim ICRC yang bertindak darurat sebagai ATC juga sangat terbatas.

Hebat, Pensiunan Letkol Sukses Besarkan 2 Anak Jadi Jenderal Pasukan Elit TNI

Fasilitas ATC darurat ICRC hanya mampu memberikan informasi tentang aman tidaknya pesawat mendarat. Sementara informasi penting seperti tentang arah dan kecepatan angin, temperatur permukaan awan dan lainnya tidak didapatkan awak pesawat TNI.

Dalam kondisi seperti itu, sangat tak mungkin rasanya pesawat itu bisa mendarat. Namun apa yang terjadi, ternyata TNI mampu mendaratkan pesawat dengan baik dan aman di wilayah Logar, Baghra.

Presiden PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin

Sosok Adik Kandung Menhan Sjafrie, Ternyata Jenderal Bintang 2 TNI Eks Petinggi BIN

Sosok adik kandung Menteri Pertahanan RI (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin, Maroef Sjamsoeddin, eks Wakil Kepala BIN dan Presiden Direktur Freeport Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
23 November 2024