Jenderal Kopassus Pernah Buru Teroris di Hutan Papua dan Somalia

VIVA Militer:Komandan Jenderal Komando Kopassus, Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa
Sumber :
  • VIVA Militer

VIVA – Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus, Mayor Jenderal TNI, I Nyoman Cantiasa menyatakan dengan tegas, Kopassus siap dilibatkan untuk memburu teroris sampai ke daerah-daerah ekstrem di Indonesia.

"Kalau kepolisian tidak mampu melakukan tugas sampai ke daerah-daerah ekstrem, Kita akan dukung. Nanti kita serahkan ke polisi untuk penegakan hukum," kata Danjen Kopassus dalam sesi wawancara khusus yang ditayangkan Pusat Penerangan TNI dilansir VIVA Militer, Selasa 25 Agustus 2020.

Pernyataan ini disampaikan Mayjen I Nyoman Cantiasa terkait rencana penerbitan payung hukum untuk TNI agar dapat dilibatkan dalam penanggulangan terorisme di Tanah Air.

Menurut Mayjen I Nyoman Cantiasa, penanggulangan teroris bukan hal baru bagi TNI, khususnya Kopassus. Daerah catatan sejarah kelam aksi teror di Indonesia yang melibatkan TNI. TNI selalu berhasil menuntaskan operasi dengan kesuksesan yang luar biasa.

Mulai dari operasi pembebasan sandera Pesawat Garuda DC9 di Bandara Don Mueang, Thailand pada 1981 yang dilakukan kelompok teroris dari Komando Jihad.

Lalu operasi pembebasan sandera peneliti dari Ekspedisi Lorentz 95 yang disandera kelompok teroris bersenjata dari Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada tahun 1996 hingga pembebasan sandera awak kapal tanker MV Sinar Kudus di Perairan Somalia pada 2011.

Bahkan, Mayjen I Nyoman Cantiasa sendiri merupakan orang yang terlibat langsung dalam 2 dari 3 operasi besar TNI itu yakni di pembebasan sandera aksi teror OPM di Mapendum dan aksi teror perompak di MV Sinar Kudus.

VIVA Militer:Komandan Jenderal Komando Kopassus, Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa

Hebat, Pensiunan Letkol Sukses Besarkan 2 Anak Jadi Jenderal Pasukan Elit TNI

Dalam operasi pembebasan sandera di Mapenduma, Mayjen I Nyoman Cantiasa bertugas sebagai komandan tim Kilat II Kopassus. Sedangkan di operasi Somalia, dia turun langsung sebagai Komandan Sat 81 Gultor.

"Kami Kopassus ini dilahirkan dibesarkan dididik, dibiayai oleh negara. Tugas kita sudah jelas, kami butuh payung hukum, itu saja. Jangan sampai ada satuan, punya kemampuan tapi tidak punya kewenangan," kata dia.

Serangan Udara Ukraina Bombardir Kursk, Jenderal Korut Terkapar

Mayjen I Nyoman Cantiasa menuturkan, ancaman teroris di Indonesia belum selesai dan masih terus menghantui.

Sebab, menurut Mayjen I Nyoman Cantiasa berdasarkan informasi yang didapatnya dari intelijen, disebutkan bahwa ada lebih dari 600 anggota kelompok teroris internasional ISIS asal Suriah yang berasal dari Indonesia.

Densus Beberkan Peran 8 Tersangka Teroris Kelompok NII yang Ditangkap di Beberapa Wilayah Indonesia

Mayjen I Nyoman Cantiasa mengatakan, posisi para anggota teroris ISIS di Suriah semakin terdesak seiring dengan operasi militer yang terus dilancarkan Tentara Arab Suriah (SAA). Jumlahnya pun sangat besar, sekitar 41 ribu orang.

Meski begitu, masyarakat diharapkan tidak takut. Sebab menurut I Nyoman Cantiasa, TNI tidak akan tinggal diam membiarkan para mantan ISIS Suriah itu menebar teror dan ketakutan di Indonesia.

“Sehingga mau tidak mau kita harus hadir, negara harus hadir, negara itu siapa? ya TNI. TNI itu siapa? di antaranya Kami Kopassus. Siap melaksanakan tugas melindungi rakyat Indonesia,” kata Mayjen I Nyoman Cantiasa.

"Perintah Undang-undang di dalam RI nomor 5 tahun 2018, tentang pemberantasan tindak pidana terorisme, dalam pasal 43 ayat 1, peran TNI adalah operasi militer selain perang. Dan di atur dalam Peraturan Presiden sedang digodok di DPR mudah-mudahan jadi payung hukum untuk TNI," kata  I Nyoman Cantiasa menambahkan.

Sementara itu menurut I Nyoman Cantiasa, aksi teror yang terkini ialah yang terjadi di hutan Poso. Di mana kelompok teroris pimpinan Ali Kalora yang menamakan diri sebagai Mujahidin Indonesia Timur sedang gencar melancarkan teror terhadap masyarakat.

Malah yang terbaru kelompok teroris bersenjata ini telah membunuh seorang petani dengan cara-cara yang sungguh kejam dan biadab. Petani itu dibunuh setelah jagung miliknya dicuri dan ditemukan luka sayatan di leher korban.

"Ada petani atas nama Agus sedang di kebun dibunuh, korban itu jenazahnya sangat-sangat memilukan ada sayatan sangat kejam mereka. masyarakat ketakutan, sehingga aparat keamanan ada Satgas Tinombala melaksanakan tugas mengatasi terorisme di Poso," kata Danjen Kopassus.

Baca: Biadab, Dua Wanita Miskin Tewas Dirudal Jet Tempur Militer Arab Saudi

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya