Kisah Jenderal Pencipta Strategi Perang TNI Tumpas Belanda dan PKI
VIVA – Ketika Belanda masih berkuasa di Indonesia, tepatnya pada Agresi Militer pertama, Jenderal Abdul Haris Nasution mengemukakan pendapatnya. Ia mengatakan bahwa penyerbuan yang dilakukan Belanda tidak dapat ditahan, pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) hanya bisa memperlambat gerakannya saja.
Untuk itu, cara memperlambatnya adalah memberi gangguan dengan membakar hasil bumi, mengungsikan pasukan-pasukan, dan alat peperangan. Namun, pria yang akrab disapa Pak Nas ini menerapkan perang gerilya untuk menghadapi Belanda.
Berdasarkan catatan sejarah yang dihimpun VIVA Militer dari Museum TNI Selasa 25 Agustus 2020, perang gerilya yang digagaskan Nasution, karena ia menyadari bahwa tentara Indonesia tidak dapat mengalahkan Belanda jika hanya mengenakan persenjataan dan strategi konvensional.
Menurutnya, untuk menghadapi serangan Belanda, perlu dibuat benteng pertahanan atau yang disebut sebagai kantong-kantong gerilya. Adanya konsep itu, maka terbentuklah Wehrkreise (daerah pertahanan). Ini berguna untuk menghadapi Belanda yang lebih unggul dalam persenjataannya.
Untuk dapat menjalani konsep yang digagaskan oleh mantan guru itu, ia memiliki syarat-syarat. Nasution ingin membentuk pemerintahan militer gerilya sampai tingkat terendah di kelurahan atau desa, melaksanakan politik non-kooperasi dan non-kontrak dengan tegas.
Kemudian menginfiltrasikan pasukan TNI ke daerah pendudukan Belanda, khususnya yang terdapat di Jawa. Idenya tentang perang gerilya dituangkannya dalam buku Strategy of Guerilla Warfare. Karyanyapun menjadi buku wajib Akademi Militer yang tersebar di sejumlah negara.
Meski mendapat pertentangan dari banyak pihak, pria kelahiran 1918 itu mendapat dukungan dari Panglima Besar Soedirman. Jika pikiran, ide, dan gagasannya akan dipertahankan.
Karena dinilai dapat menghadapi kemungkinan pecahnya Agresi Militer II Belanda. Selain penggagas perang gerilya, ternyata pria kelahiran Tapanuli Selatan itu juga menyusun perang teritorial.
Sejak tahun 1960, konsep perang teritorial ini resmi digunakan dalam perang TNI AD. Selain itu, konsep ini juga digunakan sebagai doktrin pertahanan nasional.
Ternyata konsep yang dibuatnya ini tidak hanya mempersiapkan tentara dalam berperang, tetapi juga mempersiapkan tentara untuk bisa melancarkan gerakan non militer. Gerakan untuk merebut hati dan pikiran rakyat.
Doktrin perang tutorial yang digagaskan Pak Nas, ternyata sudah terbukti dalam penerapannya. Ini terlihat ketika doktrin Nasution dinilai efektif dalam membendung dan memadamkan penyebaran politik PKI yang kala itu merebak luas di seluruh lapisan masyarakat.
Baca: Kisah Panglima Perang Jenderal Besar TNI Turun Pangkat Jadi Kolonel