Jenderal Kopassus Ungkap Data Intelijen Teroris yang Hantui Indonesia

VIVA Militer:Komandan Jenderal Komando Kopassus, Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa
Sumber :
  • Puspen TNI

VIVA – Ada sebuah data penting yang baru saja diungkapkan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Tentara Nasional Indonesia, Mayor Jenderal TNI I Nyoman Cantiasa tentang kondisi terorisme di Indonesia.

Hebat, Pensiunan Letkol Sukses Besarkan 2 Anak Jadi Jenderal Pasukan Elit TNI

Dalam wawancara yang disiarkan Pusat Penerangan TNI, dikutip VIVA Militer, Senin 24 Agustus 2020, Mayjen I Nyoman Cantiasa mengungkapkan bahwa ancaman teroris di Indonesia belum selesai dan masih terus menghantui.

Sebab, menurut Mayjen I Nyoman Cantiasa berdasarkan informasi yang didapatnya dari intelijen, disebutkan bahwa ada lebih dari 600 anggota kelompok teroris internasional ISIS asal Suriah yang berasal dari Indonesia.

Serangan Udara Ukraina Bombardir Kursk, Jenderal Korut Terkapar

Mayjen I Nyoman Cantiasa mengatakan, posisi para anggota teroris ISIS di Suriah semakin terdesak seiring dengan operasi militer yang terus dilancarkan Tentara Arab Suriah (SAA). Jumlahnya pun sangat besar, sekitar 41 ribu orang.

"Perkembangan dinamika globalisasi. Akhir-akhir ini mereka sudah terpojok di Suriah, sekitar 41 ribu terdesak, terbagi di dua camp mereka ditahan. Ada 1000 dari Asia Tenggara. Setelah kita bedah lagi dari 1.000 pelaku kelompok ISIS yang ada di sana, ternyata ada 686 hasil data informasi intelijen, itu berasal dari Indonesia," kata dia.

Densus Beberkan Peran 8 Tersangka Teroris Kelompok NII yang Ditangkap di Beberapa Wilayah Indonesia

VIVA Militer: Komandan Jenderal Kopassus I Nyoman Cantiasa

Meski begitu, masyarakat diharapkan tidak takut. Sebab menurut I Nyoman Cantiasa, TNI tidak akan tinggal diam membiarkan para mantan ISIS Suriah itu menebar teror dan ketakutan di Indonesia.

“Sehingga mau tidak mau kita harus hadir, negara harus hadir, negara itu siapa? ya TNI. TNI itu siapa? di antaranya Kami Kopassus. Siap melaksanakan tugas melindungi rakyat Indonesia,” kata Mayjen I Nyoman Cantiasa.

"Perintah Undang-undang di dalam RI nomor 5 tahun 2018, tentang pemberantasan tindak pidana terorisme, dalam pasal 43 ayat 1, peran TNI adalah operasi militer selain perang. Dan di atur dalam Peraturan Presiden sedang digodok di DPR mudah-mudahan jadi payung hukum untuk TNI," kata  I Nyoman Cantiasa menambahkan.

Menurut I Nyoman Cantiasa, dalam sejarah terorisme di Indonesia, TNI selalu dilibatkan. Dan tak main-main TNI dilibatkan dalam penanggulangan aksi teror yang berskala besar seperti Pembajakan DC-9 di Don Huang dan yang terbaru pembebasan MV Sinar Kudus di Somalia. Semua operasi berhasil dengan kesuksesan oleh TNI.

Sementara itu menurut I Nyoman Cantiasa, aksi teror yang terkini ialah yang terjadi di hutan Poso. Di mana kelompok teroris pimpinan Ali Kalora yang menamakan diri sebagai Mujahidin Indonesia Timur sedang gencar melancarkan teror terhadap masyarakat.

Malah yang terbaru kelompok teroris bersenjata ini telah membunuh seorang petani dengan cara-cara yang sungguh kejam dan biadab. Petani itu dibunuh setelah jagung miliknya dicuri dan ditemukan luka sayatan di leher korban.

"Ada petani atas nama Agus sedang di kebun dibunuh, korban itu jenazahnya sangat-sangat memilukan ada sayatan sangat kejam mereka. masyarakat ketakutan, sehingga aparat keamanan ada Satgas Tinombala melaksanakan tugas mengatasi terorisme di Poso," kata Danjen Kopassus.

Baca: Bahaya, Perang Turki Vs Yunani dan UEA Terancam Pecah di Mediterania

VIVA Militer: Rudal Balistik Antarbenua (ICBM) RS-26 Rubezh

Puluhan Tewas, Rusia Bom Kota Timur Ukraina dengan Rudal Balistik Antarbenua

Ternyata Rusia tidak menggunakan Rudal Balistik Jarak Menengah Oreshnik.

img_title
VIVA.co.id
22 November 2024