Ahmad Yani, Jenderal TNI Terpintar Pemegang Samurai Jepang

VIVA Militer: Jenderal AHmad Yani (kiri)
Sumber :
  • Wikipedia

VIVA – Kehidupan muda Jenderal Ahmad Yani cukup cemerlang. Sebab ia memiliki kecerdasan serta keberanian yang melampaui anak-anak sebayanya. Karena dua faktor itulah Ahmad Yani juga disegani oleh mereka yang berasal dari keluarga kaya saat bersekolah di MULO.

Puspenerbal Persiapkan Replika Pesud ILLYUSIN Beagle Buatan Uni Soviet untuk Monumen Pusat TNI AL

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun VIVA Militer dari berbagai sumber Rabu 5 Agustus 2020, Ahmad Yani yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata bisa saja melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di Belanda.

Namun karena Perang Dunia ke II pecah di Eropa, Ahmad Yani tidak dapat melanjutkan pendidikannya di Belanda. Karena itulah pada tahun 1940 ia mendaftarkan diri sebagai aspirant pada Dinas Topografi Millter.

Sabet Best Employer Brand on LinkedIn Talent Awards Indonesia 2024, BNI Pimpin Masa Depan Dunia Kerja

Ia menempuh pendidikan militer di Malang selama enam bulan dan pertengahan tahun 1941 Sersan Cadangan Bagian Topografi Ahmad Yani ditugaskan di Bandung. Tapi atasannya melihat potensi Yani yang cukup besar di militer, untuk itu ia dikirim ke Bogor untuk mengikuti pendidikan militer secara intensif dan setelah selesai ia dikirim lagi ke Bandung.

Selama satu tahun ia sempat menganggur dan mendaftarkan diri menjadi guru bahasa (Cuyaku) pada tahun 1943. Setelah mengikuti beberapa tes, seorang perwira Jepang melihat bakat militer yang tinggi di dalam Ahmad Yani.

TNI AL Kerahkan Kapal Perang untuk Distribusi Bantuan Korban Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki

Singkat cerita, ia menempuh pendidikan militer untuk Heiho di Kota Magelang. Namun dengan pengalamannya yang pernah menjalani pendidikan militer pada masa Belanda, pendidikan Heiho terasa mudah baginya. Maka tak heran jika Ahmad Yani lulus dengan hasil gemilang.

Kemdian Yani menjalani pendidikan militer yang cukup berat selama empat bulan di Bogor dan jiwa militernya mengalami tempaan yang sesungguhnya. Sehingga prestasi yang dicapainya menarik perhatian Kapten Yanagawa.

Saat dinyatakan sebagai siswa terbaik, Ahmad Yani mendapat sebuah penghargaan yang berupa sebilah pedang samurai sebagai penghargaan istimewa yang dihadiahkan kepadanya.

Ternyata sebelum menjalani pendidikan militer di Bogor, Yani sempat mengisi waktunya dengan belajar mengetik di sebuah sekolah mengetik di Purworejo. Siapa yang menyangka bahwa di sekolah itulah ia bertemu dengan masa depannya.

Ahmad Yani bertemu dan berkenalan dengan Bandiah Yayu Rulia, seorang guru muda yang saat itu masih single. Sejak pertemuan itu, keduanya merasa jatuh cinta dan berjanji membangun rumah tangga. 

Dan benar saja, pada 5 Desember 1944, Ahmad Yani dan Bandiah melangsungkan pernikahan. Dari pernikahannya dengan guru yang mengajarinya mengetik ini dikaruniai delapan orang anak.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya