Kisah 4 Jenderal TNI Papua, Ksatria dari Ujung Timur NKRI
- tniad.mil.id
VIVA – Perjuangan putra-putri dari tanah Papua selalu menginspirasi banyak orang. Sebagai bagian dari wilayah kedaulatan Negara Republik Indonesia (NKRI), Papua menyimpan banyak cerita. Salah satunya adalah kisah inspiratif dari sederet putra Papua yang menjadi prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Tak banyak memang putra Papua yang bisa menyandang titel Perwira Tinggi (TNI). Akan tetapi, tetap ada cerita soal semangat, perjuangan, keberanian, dan nasionalisme dari empat jenderal yang berasal dari Bumi Cenderawasih. Menurut data yang dirangkum VIVA Militer dari situs resmi TNI dan TNI AD, ada empat sosok prajurit berpangkat jenderal yang berasal dari Papua.
Nama pertama adalah Mayjen TNI Herman Asaribab, yang kini menduduki posisi sebagai Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XVII/Cenderawasih, Papua. Lahir di Jayapura, 10 Juni 1964, Herman adalah salah satu putra terbaik Papua yang punya karier cemerlang bersama TNI Angkatan Darat (TNI AD).
Jebolan Akademi Militer (Akmil) TNI 1987, tercatat sempat menduduki sejumlah posisi strategis di lingkungan TNI AD. Yang paling mencuat adalah saat Herman menjabat posisi Pangdam XII/Tanjungpura, sebelum akhirnya dipercaya menjabat Pangdam XVII/Cenderawasih.
Punya pengalaman pertempuran di Operasi Timor Timur (1990 dan 1996) serta Satuan Tugas (Satgas) Rajawali Papua, Herman juga pernah mengenyam pendidikan militer di Amerika Serikat dan Filipina pada 2009 silam.
Nama kedua adalah senior Herman di Akmil TNI, yang juga menjabat Pangdam XVII/Cenderawasih sebelum Herman. Ya, dia adalah Letjen TNI Joppye Onesimus Wayangkau, yang menjadi Pati TNI asal Papua dengan pangkat tertinggi saat ini.
Joppye merupakan lulusan Akmil TNI 1986. Setelah mendapat kenaikan pangkat menjadi Letnan Jenderal (Letjen) TNI, pria kelahiran Serui 17 Juli 1962 saat ini menjabat sebagai Komandan Pusat Teritorial TNI Angkatan Darat (Danpusterad), sejak 30 April 2020.
Dalam berita sebelumnya, VIVA Militer sempat mengisahkan perjalanan sosok seorang Joppye yang pernah kena hukuman jungkir balik dari mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus), Mayjen TNI (Purn.) Wisnu Bawa Tenaya.
Joppye adalah tokoh yang mencatatkan sejarah TNI AD, sebagai putra Papua pertama yang menjabat Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam).
Pada 10 Oktober 2016, Joppye ditunjuk untuk menduduki posisi Pangdam XVIII/Kasuari, hingga 20 April 2020. Kemudian pada 14 Agustus 2019, Joppye sempat menjabat sebagai Pangdam XVII/Cenderawasih dan di hari yang sama digantikan oleh Mayjen TNI Herman Asaribab.
Lalu ada nama putra terbaik Papua lainnya di kesatuan TNI, Mayjen TNI Ali Hamdan Bogra. VIVA Militer juga pernah mengisahkan perjalanan kiprah pria yang juga lahir di Serui, 6 Januari 1963, bersama TNI AD.
Salah satu yang menarik adalah, momen pertemuan pertama kali antara Ali Bogra dengan Jenderal TNI (Purn.) Try Sutrisno, yang saat itu menjabat sebagai Pangdam V/Jayakarta.
Ali Bogra merupakan lulusan Akmil TNI 1987, yang juga pernah bertugas di Timor Timur (sekarang Timor Leste). Kiprah Ali Bogra mulai menanjak saat menduduki posisi sebagai Wakil Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI, mulai 2019 hingga 2020. Setelah itu, per 30 April 2020 Ali Bogra mendapat promosi jabatan dan menjadi Pangdam XVIII/Kasuari, menggantikan Mayjen TNI Joppye Onesimus Wayangkau yang naik pangkat.
Nama terakhir mungkin lebih dulu dikenal oleh masyarakat Indonesia. Dia adalah Laksamana Madya TNI (Purn.) Freddy Numberi. Freddy jauh lebih senior dibanding Herman, Joppye, atau Ali Bogra.
Lahir di Yapen, Waropen, Papua, 15 Oktober 1947, Freddy merupakan jebolan Akademi Angkatan Laut 1971. Saat masih aktif bertugas, Freddy pernah menjadi Komandan Kapal Republik Indonesia (KRI) Sembilan, yang berada di kawasan timur Indonesia. Kemudian, Freddy juga sempat menjabat sebagai Komandan Pangkalan Utama TNI AL V Irian Jaya-Maluku.
Dalam catatan sejarah TNI AL, Freddy juga menjadi putra Papua pertama yang memiliki pangkat bintang tiga (Laksdya). Kemudian setelah pensiun pada 1998, Freddy sempat menjadi Gubernur Irian Jaya ke-11, mulai 1998 hingga 2000.
Freddy dipercaya memegang jabatan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara periode 28 Oktober 1999 hingga 29 Agustus 2000, di bawah pimpinan Presiden RI ke-4 K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Setelah itu, Freddy juga masuk dalam kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan (21 Oktober 2004-20 Oktober 2009), dan Menteri Perhubungan (22 Oktober 2009-19 Oktober 2011).
BACA: Ekspansi Militer China Jadi Sinyal Bahaya Buat Indonesia
BACA: Gabungan Armada Perang Amerika-Australia-Jepang Ancam Militer China