Keajaiban Jenderal TNI Ahmad Yani, Taklukan Kerbau Ngamuk

VIVA Militer: Jenderal Ahmad Yani
Sumber :
  • Wikipedia

VIVA – Nama Jenderal Ahmad Yani semakin dikenang saat ia menjadi korban keganasan PKI (Partai Komunis Indonesia) yang menembak secara membabi buta di rumahnya.

Subsatgas Pemberantasan Narkoba Berhasil Gagalkan Peredaran 20 Kg, Dua Oknum TNI Diamankan

Namun tidak banyak yang tahu bahwa sejak kecil ia memiliki jiwa kepemimpinan yang tidak dimiliki anak-anak seusianya dan diangkat anak oleh keluarga Belanda.

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan VIVA Militer Senin 7 Juli 2020, sejak kecilnya anak laki-laki kelahiran Jenar, Purworejo pada 19 Juni 1922 begitu senang bermain mobil-mobilan dan perang-perangan.

Kim Kang Solat dan Belek Aganak, Tentara Korut yang Mati Bawa Dokumen Palsu

Namun suatu hari seekor kerbau mengamuk dan menyerang setiap orang yang ditemuinya di jalan. Semua orang berlari untuk mencari tempat persembunyian dari amukan kerbau itu.

Tapi terlihat ada seorang anak kecil dengan ketenangannya memberikan arahan dari atas pohon. 

Putin Ngamuk Usai Drone Tempur Ukraina Hantam Daerah Muslim Rusia

Entah kekuatan apa yang dimilikinya, namun setiap perintah­nya diikuti orang-orang tersebut dan akhirnya binatang liar itu berhasil ditangkap. Ketenangan Ahmad yang dalam menangkap kerbau liar ternyata menarik perhatian Hulstyn.

Hulstyn adalah seorang Belanda yang menjadi majikan ayahnya. Kemudian Ahmad diambil dan kemudian diasuhnya.

Setelah diasuh, Hulstyn menambahkan nama belakang Ahmad dengan Yani. Itulah asal usul nama bocah kelahiran Purworejo, sehingga ia lebih terkenal dengan nama Ahmad Yani.

Pada tahun 1928, Yani dimasukan ke HIS (Hollandsch lnlandsche School) di Purworejo. Ia berhasil bersekolah di sekolah Belanda ini tidak lepas dari kerja keras Hulstyn yang sangat menyayangi Yani seperti anak kandungnya.

Pendidikan di HIS ditempuh­nya di tiga tempat, yaitu kelas III diikutinya di Magelang dan kelas IV sampai tamat ia mengikutinya di Bogor. Bukan hanya tergolong pintar, tapi Yani juga disegani teman-temannya yang lain.

Memiliki sikap tenang, pendiam, dan tidak suka dipuji membuat anak-anak lain sebayanya menaruh hormat yang besar padanya.

Bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Meskipun Purworejo terkenal sebagai kota militer yang penuh dengan anak-anak kolong (miskin), namun anak-anak Belanda yang berasal dari keluarga atas harus berpikir dua kali sebelum menggangggu Yani. 

Setelah tamat HIS tahun 1935, Yani melanjutkan pendidikannya ke MULO di Bogor dan tamat dalam waktu tiga tahun saja. Keberuntungan yang masih mengikutinya, membuat ia lulus sebagai tiga murid terbaik.

Ada cerita yang unik ketika Yani masih bersekolah di MULO. Saat itu ia mengunjungi ayahnya, namun ayahnya sedang terkena amarah dan cacian dari atasannya yang seorang Belanda. Kata-kata yang dilontarkan dinilai tidak begitu pantas dan Yani membela sang ayah.

Sementara si Belanda menganggap dirinya dipermainkan oleh anak kecil karena kat-katanya menjadi naik pitam dan Yani pun dipukul. Belanda itu sangat terkejut ketika Yani melawannya dan perkelahian yang tidak seimbang terjadi.

Seorang kopral KNIL yang berasal dari suku Ambon yaitu Lopias, melihat perkelahian yang tidak jauh dari tempatnya. Lopias tidak senang melihat perbuatan Belanda yang memukul Yani, akhirnya Lopias ikut dalam perkelahian itu dengan melayangkan pukulan yang keras tepat di kepala si Belanda dan membuat si Belanda terjatuh.

Seminggu kemudian setelah peristiwa pemukulan itu, Lopias mendapat surat dari atasannya. Pangkatnya diturunkan karena berani memukul seorang Belanda.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya