Intelijen Amerika: Putin Tak Tertarik dengan Perdamaian Ukraina

VIVA Militer: Presiden Rusia, Vladimir Putin
Sumber :
  • Sputnik/Sergey Guneyev

VIVA  – Proses negosiasi perdamaian pertama antara Rusia dan Ukraina digelari di Riyadh, Arab Saudi, 18 Februari 2025. Akan tetapi, intelijen Amerika Serikat (AS) menyebut jika rezim Vladimir Putin sebenarnya tidak tertarik untuk berdamai dengan Volodymyr Zelensky.

Donald Trump Ubah Tarif Impor, Tapi Tidak Masalah Buat Hyundai dan Kia

Presiden AS, Donald Trump, sebelumnya menginisiasi perjanjian damai antara Rusia dengan Ukraina setelah pecahnya perang yang berlangsung sejak 24 Februari 2022. Trump sendiri juga yang memilih Arab Saudi sebagai tempat berlangungnya proses negosiasi.

Akan tetapi, empat orang pejabat intelijen dan dua orang anggota Kongres Amerika menyatakan sebaliknya. Para pejabat menyatakan jika sebenarnya Putin sama sekali tidak menginginkan perdamaian.

Gara-gara aturan Impor Donald Trump Mobil China Bisa Terancam

Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari NBC News,  para pejabat AS mengklaim bahwa Putin meyakini jika Rusia akan memenangkan peperangan. Ia tengah menunggu kesempatan merebut seluruh wilayah Ukraina.

VIVA Militer: Perang Rusia-Ukraina

Photo :
  • Current Affairs
Ogah Berunding, Brasil akan Balas AS Terkait Tarif Timbal Balik

Mereka juga meyakini jika kesepakatan gencatan senjata dengan Ukraina, kemungkinan hanyalah cara militer Rusia untuk mengumpulkan kembali pasukannya.

Di sisi lain, para pejabat Amerika Serikat dan Rusia mengklaim jika perundingan damai yang berlangsung di Arab Saudi menghasilkan kesepakatan untuk mengakhiri perang.

Amerika akan memulai bekerja untuk menghentikan perang, meskipun Ukraina dan Uni Eropa tidak terlibat. Sementara, Zelensky menegaskan jika kesepakatan damai tidak sah jika pihaknya tidak terlibat.

Sayangnya, Zelensky benar-benar tidak dilibatkan dalam proses perjanjian damai dengan Rusia.

VIVA Militer: Presiden Amerika Serikat, Volodymyr Zelensky

Photo :
  • The New York Times/Dave Sanders

Amerika yang menjadi aktor di balik perundingan dianggap melakukannya terlalu cepat, dengan melibatkan Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov.

"Kami tidak dapat mengakui hal-hal atau perjanjian apa pun tentang kami tanpa kami. Dan kami tidak akan mengakui perjanjian semacam itu," kata Zelensky dilansir VIVA Militer dari The Telegraph.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya