Kembali Menang Pilpres Rusia, Putin Ancam Seret Barat Perang Dunia III
- news.com.au
VIVA – Presiden Rusia, Vladimir Putin, kembali mengancam negara-negara Barat dalam pidatonya, Minggu 17 Maret 2024. Peringatan Putin ditujukan kepada Amerika Serikat (AS) dan sekutunya dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), yang terus menyokong Ukraina.
Pidato tersebut disampaikan pasca Putin kembali memenangkan Pemilihan Presiden Rusia untuk kelima kalinya.Â
Mantan perwira intelijen Uni Soviet itu menegaskan, Rusia akan merespons tindakan Amerika dan sekutunya bila mengirim pasukan ke Ukraina.
Pernyataan Putin itu dilontarkan usai munculnya pertanyaan terkait komentar Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang menginginkan pengerahan pasukan NATO ke Ukraina.
Dengan tegas Putin menjawab, semua kemungkinan bisa terjadi dalam konflik di Ukraina. Akan tetapi menurutnya, jika sampai negara-negara Barat mengirim pasukan maka hal itu adalah jalan menuju pecahnya Perang Dunia III.
"Saya pikir segala sesuatu mungkin terjadi di dunia saat ini dan jelas bagi semua orang bahwa ini akan menjadi satu langkah menuju Perang Dunia III skala penuh," ujar Putin dilansir VIVA Militer dari Mirror.
Lebih lanjut Putin mengapresiasi perjuangan militer Rusia yang dianggap telah melindungi dan membela negara, dalam perang di Ukraina.
"Siapa pun yang ingin menindas kami akan melakukannya dan tidak akan berhasil," ucap Putin dalam pidatonya.
Putin kembali terpilih menjadi Presiden Rusia untuk kelima kalinya, dalam Pemilihan Umum yang digelar pada 15 hingga 17 Maret 2024 lalu. Pria 71 tahun itu akan kembali menjadi orang nomor satu Rusia dalam enam tahun ke depan.
Dengan demikian, Putin secara resmi menjadi pemimpin Negeri Beruang Merah dengan masa jabatan paling lama sejak Josef Stalin yang menjadi pemimpin Uni Soviet periode 1924 sampai 1953.
Dalam laporan lain yang dikutip VIVA Militer dari Sputnik News, Putin memperoleh sekitar 88 persen suara.Â
Sementara, tiga lawannya yakni Leonid Slutsky (Partai Demokrat Liberal Rusia), Nikolay Kharitonov (Partai Komunis Rusia) dan Vladislav Davankov (Partai Rakyat Baru Rusia) hanya mendapat kurang dari 5 persen.