Babak Belur Digempur Rusia, Diam-diam Ukraina Rayu China Jual Senjata
- insider.com
VIVA – Pemerintah Ukraina tengah berupaya keras untuk mendatangkan sejumlah besar amunisi dan persenjataan, demi memenangkan perang melawan agresi Rusia. Krisis amunisi dan senjata membuat posisi militer Ukraina terdesak, bahkan berada dalam bahaya.
VIVA Militer melaporkan dalam berita Sabtu 17 Februari 2024, bantuan senjata yang dijanjikan Amerika Serikat (AS) sejumlah US$60 miliar (Rp939,7) triliun masih tertunda.
Sementara, pasukan Rusia dan sekutunya di front timur semakin mengganas. Buktinya, armada Beruang Merah berhasil merebut kota Avdiivka di Republik Rakyat Donetsk (DPR) setelah ribuan tentara Ukraina ditarik mundur.
Seperti yang diketahui, Avdiivka adalah kota vital yang merupakan pusat industri bagi Ukraina. Sementara, tentara Rusia juga sudah menduduki kota vital lainnya, Bakhmut (Artyomovsk), sejak Mei 2023 lalu.
Lewat jalur diplomasi, Ukraina mengerahkan berbagai cara untuk bisa melobi banyak negara untuk mau mendatangkan amunisi dan senjata ke negaranya.
Yang baru terkuak adalah Ukraina baru merayu China. Dengan berani pemerintahan Zelensky mencoba melobi Tiongkok, yang notabene adalah salah satu sekutu utama Rusia di kawasan Asia, selain Korea Utara.
Hal ini diungkap langsung oleh Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, yang ambil bagian dalam Konferensi Keamanan Munich ke-60, Sabtu 17 Februari 2024 lalu.Â
Wang secara langsung bertemu dengan Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmitry Kuleba, yang secara langsung mencoba meyakinkan China agar mau menjual senjata ke Ukraina. Sementara, Wang dengan tegas menyatakan jika China akan tetap netral dalam Perang Rusia-Ukraina.
Pertemuan itu adalah yang pertama kali bagi Beijing dan Kiev, sejak Zelensky mengusulkan pertemuan dengan Perdana Menteri China, Li Qiang, pada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Januari 2024 lalu. Permintaan Zelensky saat itu juga mendapat penolakan langsung China.
"(China) tidak menambahkan bahan bakar ke dalam api, mencari keuntungan dengan menjual senjata mematikan di zona konflik," ucap Wang.Â
"Bahkan jika hanya ada secercah harapan untuk perdamaian, China tidak akan menyerah dalam upayanya," katanya kepada Kuleba dilansir VIVA Militer dari Russia Today.Â