Tak Cuma Amerika, 2 Negara Ini Paling Nafsu Hancurkan Rusia
- agenda.ge
VIVA – Sikap aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk menghadapi hegemoni Rusia semakin berani. 90.000 personel tempur dari 31 negara disiagakan untuk menjalani latihan tempur Steadfast Defender, yang akan dimulai pekan depan hingga Mei 2024 mendatang.
VIVA Militer melaporkan dalam berita sebelumnya, latihan gabungan dengan sandi Steadfast Defender adalah yang terbesar digelar NATO sejak berakhirnya Perang Dingin pada 1991 lalu.
Panglima Tertinggi Sekutu NATO Eropa, Jenderal Christopher Cavoli, menegaskan bahwa sasaran latihan ini adalah menempa kemampuan dan ketahanan fisik seluruh prajurit.
Terutama, untuk menghadapi konflik bersenjata jangka panjang dengan negara berkekuatan militer besar seperti Rusia. Cavoli juga mengonfirmasi keikutsertaan calon anggota NATO, Swedia, dalam latihan ini.
Selain Amerika Serikat (AS), ada dua negara yang mengirim personel paling banyak dalam latihan Steadfast Defender NATO. Kedua negara itu adalah Inggris dan Jerman, yang menerjunkan lebih dari 30.000 personel.
Dilansir VIVA Militer dari Daily Mail, pekan lalu militer Inggris mengonfirmasi pengerahan 20.000 personel. Tak hanya itu, dua kapal induk Angkatan Laut Inggris (Royal Navy), HMS Queen Elizabeth (R08) dan HMS Prince of Wales (R09), juga akan ambil bagian.
Militer Inggris juga menurunkan delapan unit kapal perang, dan sejumlah pesawat tempur Eurofighter Typhoon dan Lockheed Martin F-35 Lightning II.
Pengerahan personel dan alat utama sistem persenjataan dikonfirmasi langsung oleh Menteri Pertahanan Inggris, Grant Shapps, Senin 15 Januari 2024.
Bukan hanya Inggris, militer Jerman juga memastikan keikutsertaan 12.000 personel dalam latihan gabungan tersebut. Angkatan Bersenjata Republik Federasi Jerman (Bundeswehr), juga mengerahkan 3.000 unit kendaraan tempur dan 30 unit pesawat tempur.
Ketua Komite Militer NATO, Laksamana Rob Bauer, memastikan pihaknya akan terus menyokong militer Ukraina dalam perlawanan terhadap agresi pasukan Rusia.
"Hari ini adalah hari ke-693 dari apa yang Rusia anggap sebagai perang tiga hari. Ukraina akan mendapat dukungan kami setiap hari karena hasil perang ini akan menentukan nasib dunia," ujar Bauer.
Langkah yang diambil NATO ini semakin meningkatkan bahaya pecahnya Perang Dunia III. Sebab tak hanya agresi militer Rusia di Ukraina yang belum berakhir, sejumlah konflik bersenjata juga meletus di belahan dunia yang lain.
Serangan militer Israel ke Jalur Gaza, Palestina, yang sudah berlangsung lebih dari dari 100 hari. Kemudian, kampanye militer Amerika dan Inggris ke Laut Merah menghadapi blokade milisi Houthi (Ansar Allah) Yaman.
Hingga yang baru saja terjadi adalah jual beli serangan rudal di wilayah Sistan-Balochistan, antara Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) dan militer Pakistan.