Perang Pecah di Yaman, Pasukan Amerika Bombardir Puluhan Basis Milisi Houthi
- ria.ru
VIVA – Militer Amerika Serikat (AS) dan Inggris akhirnya merespons aksi milisi Houthi, dengan menyerang fasilitas unit paramiliter di Pelabuhan Al Hudayah (Hoedidah), Yaman, Jumat 12 Januari 2024.
Dalam laporan yang dikutip VIVA Militer dari Al Arabiya, perang antara tentara Amerika yang didukung militer Inggris dengan milisi Houthi (Ansar Allah) Yaman telah dimulai.
Serangan pasukan militer Amerika Serikat dan Inggris dilancarkan ke wilayah sekitar pelabuhan Al Hudayah, termasuk lima serangan udara di timur kota tersebut.
Sejumlah rekaman video beredar di sejumlah akun media sosial, juga menunjukkan ledakan, kebakaran dan kehancuran parah di sejumlah provinsi di Yaman.
Menurut laporan lain yang dikutip VIVA Militer dari Kantor Berita Rusia, RIA Novosti, militer Amerika Serikat dan Inggris melancarkan 23 serangan di sejumlah wilayah Yaman.
Empat serangan terjadi di Bandara Internasional Sana'a, delapan serangan di Bandara Internasional Al Hudayah, dan tiga serangan di kamp militer kota Saada.
Kemudian, militer Amerika dan Inggris juga membombardir kamp Brigade Mekanis ke-22 di Al-Jand Taiz dan bandara di Al-Hawban.
Departamen Pertahanan AS (DoD) dikabarkan telah mengongirmasi serangan terhadap sejumlah instralasi milisi Houthi dan akan segera mempublikasikan rincian operasi militer tersebut.
Pasukan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (US Armed Forces) menggunakan rudal Tomahawk. Sementara tentara Inggris menyerang dengan bom berpemandu laser Paveway IV.
Sasaran yang telah ditentukan adalah sejumlah unit radar dan fasilitas peluncuran pesawat tanpa awak milik milisi Houthi Yaman.
Anggota Politbiro Houthi, Ali al-Khum, menyatakan bahwa milisi juga telah melancarkan serangan ke fasilitas militer Amerika Serikat dan Inggris.
al-Khum memastikan, Amerika dan Inggris akan mendapat balasan dari apa yang telah dilakukan di Yaman.
"(Amerika dan Inggris harus) membayar harga yang mahal," ucap al-Khum dinukil VIVA Militer dari CNN.
Di sisi lain, Departemen Pertahanan AS justru membantah pernyataan tersebut. Institusi itu melaporkan jika tidak ada tindakan pembalasan yang tercatat dari milisi Houthi Yaman.