Kaleidoskop 2023: Mimpi Buruk Tentara Bayaran Rusia, Kudeta dan Kematian Sang Pimpinan
- bloomberg.com
VIVA – Tak bisa disangkal jika Perang Rusia-Ukraina adalah salah satu topik paling panas di sepanjang tahun 2023. Sederet peristiwa penting terjadi saat konflik bersenjata pasukan Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky memasuki tahun kedua.
Pengepungan Bakhmut
Perang dahsyat dimulai saat militer Rusia membombardir wilayah Artyomovsk (Bakhmut), Republik Rakyat Donetsk (DPR). Armada Beruang Merah sejak lama menargetkan kota ini, untuk memutus jalur transportasi dan distribusi persenjataan pasukan Kiev.
Punya kekuatan tempur yang berada jauh di atas militer Ukraina, Rusia semakin digdaya dengan dukungan tentara bayaran PMC Wanger Group pimpinan Yevgeny Prigozhin.
Serangan masif Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF) yang dilancarkan ke kota yang berfungsi sebagai tambang garam terbesar di Ukraina, sebenarnya sudah berlangsung sejak akhir 2022 lalu.
Hingga akhirnya, tentara bayaran Wagner Group, pasukan elite Akhmat (Kadyrovites) dan tentara organik militer Rusia mampu menguasai sebagian besar Bakhmut termasuk wilayah sekitarnya.
"Musuh mengepung dari segala penjuru. (Meskipun demikian) kami terus mendapatkan pasokan. Namun memang situasi dari hari ke hari semakin sulit saja," ucap seorang prajurit Ukraina dikutip VIVA Militer dari Financial Times.
Pada Maret 2023, ribuan tentara Ukraina diklaim telah terkepung total di seluruh wilayah Bakhmut. Kekalahan telak yang dialami di Bakhmut membuat komando Angkatan Bersenjata Ukraina (ZSU) memerintahkan pasukannya untuk angkat kaki dari kota itu.
Setelah berhasil menguasai sebagian besar wilayah Bakhmut, pasukan tentara bayaran Wagner diperintahkan untuk tetap berada di wilayah tersebut.
Hal ini yang menjadi penyebab utama perselisihan antara bos Wagner Group, dengan Menteri Pertahanan Rusia, Jenderal Sergei Shoigu. Prigozhin berang karena institusi di bawah Shoigu tidak memperhatikan kondisi anak buahnya.
Tentara bayaran Rusia harus menghadapi banyak serangan di tengah lambatnya suplai amunisi. Perseteruan ini ternyata berbuntut panjang, hingga berujung pada aksi pemberontakan Prigozhin dan pasukannya.
Saat itu, tentara bayaran Wagner diketahui sangat membutuhkan sekitar 300 ton amunisi per hari. Sayangnya, jumlah itu dianggap terlalu banyak oleh Shoigu dan membuat Prigozhin geram.
"300 ton per hari adalah 10 peti kemas kargo tidak banyak sama sekali," ucap Prigozhin dikutip VIVA Militer dari Evening Standard.
Akibatnya, tentara bayaran Rusia ini dikonfirmasi Prigozhin berhasil hanya mampu bergerak maju sejauh 120 meter ke Bakhmut. Gerak maju pasukan Wagner Group harus dibayar mahal dengan kematian 86 orang anggotanya.
Rencana Kudeta dari Selatan
Ketidakpuasan Prigozhin terhadap Kementerian Pertahanan Rusia menjadi alasan ribuan tentara bayaran Wagner Group, melancarkan pemberontakan pada Juni 2023.
"Kepemimpinan yang dibawa oleh para pemimpin militer harus dihentikan," ucap Putin dilansir VIVA Militer dari Russia Today.
Bersenjata lengkap dan memobilisasi sejumlah unit tank, pasukan tentara bayaran Wagner Group berhasil menguasai kota Rostov-on-Don di wilayah Selatan Rusia.
Tak cukup hanya di situ, tentara bayaran Rusia ini bergerak dalam konvoi panjang menuju ibukota. Sasarannya jelas, merebut ibukota Moskow. Tindakan pasukan Wagner membuat Putin memberlakukan keadaan darurat, dan mengerahkan unit militer buat menghadapinya.Â
Namun demikian, pemberontakan tentara bayaran Rusia akhirnya bisa dinetralisasi. Dengan bantuan Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, Prigozhin akhirnya melunak.
Setelah dimediasi Lukashenko, Putin sepakat untuk mengasingkan Prigozhin ke Belarus bersama anak buahnya. Mereka bahkan ditugaskan untuk melatih para tentara Belarus.
"Halo teman-teman! Saya senang melihat Anda semua! Selamat datang di tanah Belarusia! ujar Prigozhin dikutip VIVA Militer dari Meduza.
"Kami bertarung dengan bermartabat. Anda melakukan banyak hal untuk Rusia. Apa yang terjadi sekarang di depan adalah aib, dan kami tidak perlu bergabung. (Kami akan) menunggu momentum ketika kami dapat menunjukkan secara penuh apa yang kami buat," katanya.
Kematian Sang Tuan
Saat berita tentang pemberontakan Prigozhin dan tentara bayaran Wagner Group melandai, publik dikejutkan dengan kecelakaan pesawat pribadi Embarer di wilayah Tver, Moskow. Rabu 23 Agustus 2023.
Dalam laporan yang dikutip VIVA Militer dari Kantor Berita Rusia, RIA Novosti, nama Prigozhin menjadi salah satu yang masuk dalam manifes penumpang pesawat tersebut.
Tak sendirian, bersama Prigozhin turut serta petinggi tentara bayaran Rusia lainnya, Letnan Kolonel (Purn.) Dmitry Utkin. Mantan anggota pasukan elite Spetsnaz Rusia itu juga tewas bersa,a bosnya.
Kabar kematian Prigozhin membuat banyak spekulasi muncul. Terutama buat negara-negara seteru Rusia semisal Amerika Serikat dan Inggris. Keduanya menyebar propaganda bahwa Prigozhin sengaja dibunuh oleh Putin.
Anggota Dinas Rahasia Inggris, M16, Christopher Steele, sangat mencurigai jika kecelakaan pesawat yang ditumpangi Prigozhin adalah hasil sabotase intelijen Rusia.Â
"Saya sangat curiga bahwa itu adalah operasi FSB atau GRU," ucap Steele dikutip VIVA Militer dari Daily Mail.
Hal yang sama juga diucap oleh Presiden AS, Joe Biden, yang mengaku tidak terkejut dengan kabar kematian Prigozhin. Sosok Putin yang memiliki kekuasaan penuh di Rusia, diklaim Biden mampu mengetahui setiap kejadian yang terjadi.
"Anda mungkin ingat, saya ditanya tentang hal ini. Saya mengatakan saya akan berhati-hati dengan apa yang saya kendarai. Saya tidak tahu pasti apa yang terjadi, tapi saya tidak terkejut." kata Biden dilansir VIVA Milter dari Ukrinform.