Dikhianati Inggris, Ratusan Pasukan Elite Afghanistan Terancam Dihabisi Taliban

VIVA Militer: Pasukan Komando Operasi Khusus Afghanistan
Sumber :
  • bbc.com

VIVA – Kabar mengejutkan datang dari mantan pasukan Komando Operasi Khusus Angkatan Bersenjata Afghanistan (ANA). Ratusan anggota satuan elite tersebut, terancam dihabisi Taliban usai ditipu pemerintah Inggris.

Menteri Rosan Pastikan Gerak Cepat Realisasikan Komitmen Investasi US$8,5 Miliar dari 10 Perusahaan Inggris

Pasca Taliban merebut kendali pemerintahan Afghanistan pada 2021 silam, sejumlah sebagian besar eks pasukan Komando Operasi Khusus ANA melarikan diri ke sejumlah negara tetangga.

Mereka memilih kabur untuk menyelamatkan nyawanya, usai ancaman eksekusi yang dinyatakan oleh Taliban. Beberapa negara menjadi tujuan utama, di antaranya adalah Iran dan Pakistan.

Antisipasi Narkoba Masuk Jakarta Buat Pesta Akhir Tahun, Begini Jurus Kombes Donald

Siapa sangka, Pakistan yang menjadi tempat persembunyian para mantan militer Afghanistan berubah sikap. Pemerintah Pakistan menyatakan akan mendeportasi para mantan prajurit Afghanistan dari negaranya.

Padahal, para mantan tentara Afghanistan ini berharap mendapatkan izin datang ke Inggris dan menerima suaka politik. 

Momen Lucu Presiden Prabowo dan Wakil PM Inggris saat Bahas 'Kucing'

Dalam laporan yang dikutip VIVA Militer dari BBC, sekitar 200 mantan anggota pasukan elite Afghanistan menerima penolakan dari pemerintah Inggris saat mengajukan Program Relokasi dan Bantuan Afghanistan (ARAP).

Penolakan ini bahkan memancing reaksi keras mantan Panglima Komando Strategis Angkatan Bersenjata Inggris, Jenderal Sir Richard Barrons. 

Barrons menegaskan bahwa sikap pemerintah Inggris sangat memalukan. Sebab sebelumnya, pada 2021 lalu Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, telah menjanjikan akan  melakukan seluruh upaya untuk menyelamatkan eks pasukan elite Afghanistan.

"(Ini) adalah hal yang memalukan. Sebab, hal tersebut mencerminkan bahwa kita bermuka dua sebagai sebuah bangsa atau tidak kompeten," ujar Barrons.

"Keduanya tidak bisa diterima, ini adalah pengkhianatan. Akibat dari pengkhianatan itu adalah orang-orang yang mengabdi bersama kami akan mati atau menghabiskan hidup mereka di penjara," katanya.

Mantan Komandan Brigade Infanteri ke-59 Angkatan Darat Inggris itu merasa malu,  karena negaranya dianggap belum memenuhi janjinya kepada para pengungsi Afghanistan.

"Saya secara pribadi merasa malu. Karena saya sangat merasa bahwa kami telah membuat kewajiban kepada mereka, dan kami belum memenuhinya," ucap Barrons.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya