Jenderal Pentolan Angkatan Darat Ukraina Akui Anak Buahnya Babak Belur di Front Timur
- kyivindependent.com
VIVA – Kepala Staf Angkatan Darat Ukraina, Kolonel Jenderal Oleksandr Syrskyi, kembali membuat pengakuan bahwa pasukannya tengah kewalahan menghadapi tentara Rusia di front timur.
VIVA Militer melaporkan dalam berita Rabu 6 September 2023, unit artileri militer Rusia melancarkan serangan ke wilayah hutan Krasnyi Lyman, Republik Rakyat Donetsk (DPR), ke posisi kelompok tempur Brigade Mekanis ke-67 Angkatan Darat Ukraina.
Tak hanya itu, dengan menggunakan jet tempur pembom Sukhoi Su-34 Flanker, Pasukan Dirgantara Rusia juga membombardir pasukan Neo-Nazi Ukraina dari Brigade Tujuan Khusus ke-12 Resimen Azov Garda Nasional Ukraina.
Akibat serangan itu, lebih dari 30 tentara Ukraina tewas. Sementara, pos pengintaian Brigade Mekanis ke-21 dan ke-63 Angkatan Darat Ukraina juga dipastikan hancur.
Kondisi carut marut yang dialami tentara Ukraina di front timur membuat Syrskyi akhirnya angkat bicara. Lewat saluran Telegram pribadinya, orang nomor satu Angkatan Darat Ukraina itu mengakui pasukannya kewalahan.
"Situasi operasional saat ini di arah timur masih rumit," ucap Syrskyi dikutip VIVA Militer dari Kantor Berita Rusia, TASS.
Tak hanya di wilayah Krasnyi Lyman, pasukan Angkatan Darat Ukraina juga terpukul di wilayah Artyomovsk (Bakhmut) dan Kupyansk.
Dengan kondisi tersebut, Syrskyi memaksa pasukannya untuk tetap mempertahankan posisinya saat ini. Perintahnya adalah membentuk pertahanan andal, untuk mencegah pasukan Rusia merebut daerah yang saat ini masih dikuasai militer Ukraina.
Dalam beberapa hari terakhir, media Ukraina melaporkan bahwa tentara Ukraina terpaksa mengerahkan kembali pasukan cadangannya dari front selatan ke wilayah timur.
Langkah ini terpaksa dilakukan karena situasi di wilayah Artyomovsk dan Kupyansk, karena hancurnya garis pertahanan pasukan Angkatan Bersenjata Ukraina (AFU).
Dalam laporan lain yang dikutip VIVA Militer dari The New York Times, kegagalan serangan balik militer Ukraina dikarenakan mobilisasi dan penyebaran personel yang berlebihan di banyak garis pertempuran yang berbeda.