Jiplak Telak Milik Amerika, Kim Jong-un Punya Drone Malaikat Maut Penebar Teror
- Twitter/@nknewsorg
VIVA – Sebuah alat utama sistem persenjataan Korea Utara (Korut) secara mencengangkan muncul dalam parade militer, memperingati Hari Kemenangan ke-70. Bukan rudal nuklir, tetapi pesawat tanpa awak (drone) tempur terbaru negara Kim Jong-un.
Dilansir VIVA Militer dari Kantor Berita Korea Utara, KCNA, selain memamerkan Rudal Balistik Antarbenua (ICBM) berkemampuan nuklir Hwasong-17 dan Hwasong-18, Tentara Rakyat Korea Utara (KPA) juga menampakkan senjata anyar berupa drone.
Dalam laporan lain yang dikutip VIVA Militer dari NK News, terlihat dua drone tempur militer Korea Utara yang dibawa oleh truk dan akhirnya menjadi sorotan dunia.
Video berdurasi 59 detik memperlihatkan dua drone Korea Utara yang bentuknya sangat mirip dengan pesawat tanpa awak milik Amerika Serikat, General Atomics MQ-9 Reaper, dan Northrop Grumman RQ-4 Global Hawk.
Senjata baru militer Korea Utara ini disaksikan langsung oleh Pemimpin Tertinggi, Kim Jong-un. Kim tertangkap kamera tengah bercengkrama hangat dengan Menteri Pertahanan Rusia, Jenderal Sergei Shoigu, yang turut hadir dalam acara tersebut.
"Drone baru Korea Utara diluncurkan dalam rekaman televisi negara dari parade militer Kamis, sementara Kim Jong Un ditampilkan berbicara dengan menteri pertahanan Rusia Sergei Shoigu," bunyi laporan NK News.
Meskipun memiliki kesamaan bentuk dengan drone tempur MQ-9 Reaper dan drone mata-mata RQ-4 Global Hawk militer Amerika Serikat, namun masih belum diketahui fungsi kedua senjata baru Korut itu.
Akan tetapi, kedua drone dilaporkan punya peran yang sama dengan milik Amerika, yakni sebagai pengintai strategis dan penyerang serba guna.
Analis militer dari Open Nuclear Network, Xu Tianran, menyoroti kubah menonjol dalam drone yang mirip dengan pengintai RQ-4 Global Hawk. Jika kubah pada drone milik Amerika berfungsi sebagai pusat sistem komunuikasi, fungsi kubah drone Korut tidak diketahui.
Pasalnya, Korut adalah negara yang tidak memiliki satelit komunikasi. Tapi di sisi lain, Tianran memperhitungkan kemampuan Korut untuk menyewa ruang berikut kecepatan koneksi satelit negara sekutu semisal China atau Rusia.
Sementara Direktur Proyek Nonproliferasi Asia Timur di Pusat Studi Nonproliferasi, Daniel Pinkston, juga memprediksi jika drone pengintai Korut sangat berbahaya bagi Korea Selatan (Korsel).
“Mampu menempatkan UAV itu dalam posisi berkeliaran, atau melacak di dekat bagian selatan Korea Utara. Maka, itu bisa memberi mereka kesempatan untuk mengumpulkan banyak data intelijen dari (Korea) Selatan," ujar Pinkston dilansir VIVA Militer dari The Defense Post.