Bos Tentara Bayaran Rusia Tolak Kontrak Perang dari Jenderal Shoigu
- scmp.com
VIVA  – Meski keberadaannya masih misterius sampai sekarang, sejumlah fakta terkait Yevgeny Prigozhin terus terkuak. Bos tentara bayaran Rusia, PMC Wagner Group, ternyata menolak kontrak Operasi Militer Khusus (NVO) yang dikeluarkan Kementerian Pertahanan Rusia.
Informasi penolakan Prigozhin terhadap perintah kontrak yang disodorkan oleh Kementerian Pertahanan Ruska, dikuak oleh Ketua Komite Pertahanan Duma Negara Rusia, Kolonel Jenderal (Purn.) Andrei Kartapolov.
Menurut Kartapolov, sebelum memerintahkan pasukan tentara bayaran untuk merebut sejumlah instalasi Distrik Militer Selatan di Rostov-on-Don, Prigozhin lebih dulu menyatakan keberatan dengan kontrak tersebut.
Sementara, kementerian di bawah komando Jenderal Sergey Shoigu menegaskan kepada Prigozhin jika menolak kontrak maka pasukan PMC Wagner Group tidak akan diikut sertakan dalam perang di Ukraina.
Dan jika bersikeras bergerak, maka tentara Wagner Group tidak akan mendapat dana perang dari negara. Hal ini yang diyakini Kartapolov menjadi penyebab gesekan panas antara Prigozhin dan Shoigu.
"Beberapa hari sebelum percobaan pemberontakan, Kementerian Pertahanan mengumumkan bahwa semua formasi yang melakukan misi tempur harus menandatangani kontrak," ujar Kartapolov.
"Dan semua orang mulai menerapkan keputusan ini, keputusan yang benar-benar tepat. Semua orang kecuali Tuan Prigozhin," ucapnya dilansir VIVA Militer dari Kantor Berita Rusia, RIA Novosti.
Sebulan bulan lalu, Prigozhin juga berang lantaran Kementerian Pertahanan Rusia tidak memberikan suplai amunisi buat pasukannya yang tengah bertempur dengan militer Ukraina di Artyomovsk (Bakhmut), Republik Rakyat Donetsk (DPR).
Saat itu Prigozhin meminta Kementerian Pertahanan Rusia mengirim 300 ton amunisi. Permintaan salah satu orang kepercayaan Presiden Vladimir Putin itu tak lepas dari kenyataan, pasukannya hanya menerima sepertiga jumlah amunisi yang dibutuhkan.
"Tiga ratus ton per hari adalah 10 peti kemas kargo tidak banyak sama sekali," ucap Prigozhin dikutip VIVA Militer dari Evening Standard.