Gara-gara Amerika dan Sekutunya, Dunia di Ambang Kiamat Nuklir

VIVA Militer: Rudal balistik nuklir Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF)
Sumber :
  • voanews.com

VIVA – Amerika Serikat (AS) dan negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) masih belum berhenti memasok senjata ke Ukraina. Tindakan ini disebut Dmitry Medvedev sebagai ancaman bagi seluruh dunia 

Gila, Pasukan Rusia Bakar Muka Tentara Korut untuk Hilangkan Bukti

Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusia itu kembali mengecam aksi Amerika dan sekutunya, yang tak mempedulikan peringatan. 

Hal ini yang dianggap Medvedev sebagai ancaman terjadinya kiamat nuklir, mengingat Presiden Vladimir Putin telah berulang kali menegaskan akan menggunakan senjata nuklir jika diperlukan.

KSAL: Fungsi Pengawasan Miliki Peran Penting dalam Menjamin Program Kerja TNI AL

Jika Amerika dan negara-negara NATO tetap tak menyetop suplai senjata ke Ukraina, maka kemungkinan meletusnya perang nuklir bakal semakin besar.

VIVA Militer: Rudal Balistik Antar-Benua (ICBM) RS-28 Sarmat militer Rusia

Photo :
  • abc.net.au
TNI AL Kembali Akan Kirim Pasukan Satgas MTF TNI Konga ke Lebanon untuk Jalankan Misi Perdamaian Dunia

"Sekarang serius. Apakah ancaman konflik nuklir telah berlalu? Tidak, itu belum berlalu, itu telah meningkat," ucap Medvedev dilansir VIVA Militer dari Kantor Berita Rusia, RIA Novosti.

"Setiap hari pasokan senjata asing ke Ukraina pada akhirnya membawa kiamat nuklir ini semakin dekat," katanya.

Medvedev juga melihat jika sikap Amerika dan negara-negara Barat sangat apatis terhadap kemarahan Rusia. Padahal di sisi lain, digelarnya invasi militer Rusia adalah bukti kekuatan negara Beruang Merah.

Medvedev bahkan menyebut AS dan sekutunya akan melihat dampak masif, dan tidak akan bisa diselesaikan dalam perjanjian seperti yang dilakukan pada 17 Desember 2021 lalu.

VIVA Militer: Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusia, Dmitry Medvedev

Photo :
  • rferl.org

"Barat untuk saat ini tidak percaya dan tidak melihat tingkat tekad Rusia, presiden dan panglima tertingginya untuk melakukan apa yang kami lakukan dalam meluncurkan operasi militer khusus di Ukraina," ujar Medvedev.

"Dan mereka salah perhitungan. Konsekuensinya jauh lebih rumit daripada jika mereka hanya menandatangani dokumen dengan kami pada bulan Desember," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya