Pasukan Muslim Rusia Rebut Dua Kota Vital Republik Luhansk
- istories.media
VIVA  – Wakil Komandan Operasi Tempur Korps Tentara ke-2 Milisi Rakyat Luhansk, Mayor Jenderal Apty Alaudinov, mengklaim telah menguasai penuh dua kota di Republik Rakyat Luhansk (LPR), Svatove dan Kreminna, Sabtu 5 November 2022.
Alaudinov yang baru saja dicopot dari jabatannya sebagai Sekretaris Dewan Keamanan Republik Chechnya, menyebut jika unit militer Ukraina yang sebelumnya menduduki dua kota ini telah dieliminasi.
Lebih lanjut Alaudinov yang juga merupakan pimpinan dari unit pasukan khusus Akhmat atau Kadyrovites, memastikan bala bantuan personel dari Chechnya. Di Svatove dan Kreminna, pasukan Akhmat atau Resimen Bermotor Khusus ke-141 Garda Nasional Rusia, akan membangun basis pertahanan terbaru.
"Sekarang detasemen sukarelawan terus berdatangan dari wilayah Republik Chechnya. Kami akan membangun kekuatan kami dan berarti di sana," ucap Alaudinov.
VIVA Militer: Komandan pasukan elite Chechnya, Mayor Jenderal Apty Alaudinov
- grozny.tv
"Saat ini, kemajuan musuh telah dihentikan. Pekerjaan terperinci sedang dilakukan untuk mengidentifikasi dan menghancurkan musuh di Svatovo, wilayah Kremennaya-Chernopopovka," katanya dilansir VIVA Militer dari Kantor Berita Rusia, RIA Novosti.
Sementara itu pada Rabu 2 November 2022 lalu, Kolonel Vitaly Kiselev dari Milisi Rakyat Luhansk, menekankan bahwa pertempuran paling sengit di LPR terjadi di daerah Kremennaya dan Svatovo.Â
Menurut Kiselev, semua upaya oleh Angkatan Bersenjata Ukraina untuk mengintai pertahanan militer Rusia dan sekutunya, menyebabkan "
konsekuensi yang menyedihkan. Pasukan Ukraina menderita kerugian besar.
Selain itu, unit insinyur dari pasukan Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF) dengan sandi Brave, memperkuat garis pertahanan Svatovo-Kremennaya, khususnya pemasangan penghalang tank.
Kronologi Geng Rusia Pakai Rompi 'Polisi' Culik dan Rampok WN Ukraina di Bali, Kripto Rp 3,2 Miliar Raib
Viral di media sosial aksi penculikan terhadap warga Ukraina di Bali. Penculikan yang dilakukan secara brutal itu diduga dilakukan oleh Warga Negara Rusia.
