Konfik Laut China Selatan, 5 Ribu Tentara Tiongkok Siaga di Kepulauan Xisha
- airandspaceforces.com
VIVA – Ribuan prajurit Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) dikabarkan telah menduduki sejumlah pulau di Laut China Selatan. Pengerahan pasukan militer Tiongkok untuk memastikan wilayah yang diklaim sebagai bagian dari kedaulatan negara komunis tersebut.
Informasi keberadaan ribuan pasukan militer China di pulau-pulau Laut China Selatan, terkuak usai laporan khusus stasiun televisi China, CGTN. Laporan itu menyatakan, ada lebih dari 5.000 prajurit China yang mendiami Kepulauan Paracel (Xisha) dan Spratly (Nansha).
Dilansir VIVA Militer dari Radio Free Asia (RFA), sebuah kapal rumah sakit Youhao milik Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAN) baru saja tiba di kepulauan tersebut, Senin 10 Oktober 2022.
Kapal itu tiba di Kepulauan Xisha dan Nansha setelah menempuh perjalanan misi selama 18 hari, dengan jarak tempuh sejauh 4.000 mil (7.408 kilometer). Kedatangan kapal Youhao adalah untuk memberikan layanan medis kepada ribuan tentara China di kedua kepulauan tersebut.
Ini adalah laporan pertama yang terungkap terkait jumlah personel militer China yang dikirim ke kepulauan Laut China Selatan, yang disengketakan oleh banyak negara.Â
Pada awal 2022, perusahaan keamanan Amerika Serikat (AS), Recorded Future, merilis data yang menyebut militer China menempatkan lebih dari 10.000 tentaranya di Laut China Selatan.Â
Kemudian dalam laporan lain, Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (US Departement of Defense) memastikan jika pemerintah China telah melakukan reklamasi lebih dari 3.200 hektar, atau 18 kilometer persegj di Kepulauan Paracel dan Spratly. Reklamasi dilakhkan untuk membuka pangkalan militer baru di Laut Chjna Selatan.
"Tiga dari pulau reklamasi, Mischief Reef, Subi Reef dan Fiery Cross, semuanya di Spratly di bagian selatan Laut Cina Selatan," ucap Komandan Komando Amerika Serikat Indo-Pasifi (USINDOPACOM), Laksamana John Aquino.
"(Pulau-pulau) telah sepenuhnya dimiliterisasi dengan gudang, hanggar, pelabuhan laut, landasan pacu dan radar. Upaya China untuk mengubah pulau buatan menjadi pangkalan militer mengganggu stabilitas kawasan," kata Aquilino.