Amerika Tak Punya Senjata yang Mampu Hancurkan Rudal Supersonik Rusia
- ipa.news
VIVA – Ribuan senjata buatan Amerika Serikat (AS) telah dikerahkan ke Ukraina, untuk menghadapi perang melawan pasukan militer Rusia. Amerika adalah salah satu negara yang menyumbang banyak senjatanya, dalam dukungan terhadap militer Ukraina.
Beberapa senjata buatan Amerika yang dipakai tentara Ukraina dalam perang adalah sistem rudal anti-tank Javelin, howitzer M777 dan Sistem Artileri Roket Mobilitas Tinggi M142 atau HIMARS.
Senjata-senjata buatan Amerika itu jadi andalan pasukan Angkatan Bersenjata Ukraina (ZSU), meskipun pada faktanya kalah dahsyat dari senjata berat yang dimiliki oleh militer Rusia.
Selama Operasi Militer Khusus Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF) digelar sejak 24 Februari 2022, sejumlah senjata mematikan telah digunakan Rusia untuk menggempur basis pasukan Ukraina.
Beberapa diantara rudal Rusia yang banyak memakan korban adalah Kh-47 Kinzhal, Kh-55 Raduga, dan Kh-31 (X-31) Krypton. Seluruh rudal itu memiliki kemampuan nuklir, yang bisa menghancurkan sasaran sejauh ribuan kilometer. Belum lagi, sistem rudal pertahanan udara (MLRS) S-400 Triumf.
Sebuah fakta terungkap, Amerika Serikat sama sekali tak memiliki satu pun senjata yang mampu mengadang atau menjatuhkan rudal supersonik Rusia. Laporan ini datang dari Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS).
"Amerika tidak siap untuk mempertahankan diri dari jenis rudal jelajah yang semakin sering digunakan Rusia, untuk menyerang Ukraina," bunyi pernyataan CSIS dikutip VIVA Militer dari Defense One.
Lebih lanjut CSIS menyatakan jika para anggota Kongres dan Panglima Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (US Armed Forces), mengabaikan perlindungan negara dari senjata dengan kemampuan terbang rendah dan bermanuver.
CSIS menyebut Amerika hanya fokus dalam pembuatan sistem pertahanan untuk mengadang dan menghancurkan rudal yang terbang tinggi saja. Untuk senjata ini, Amerika bahkan sudah menggelontorkan miliaran Dolar.
"Kurangnya pertahanan rudal jelajah dalam negeri yang hampir lengkap, dan bentuk-bentuk pertahanan udara terkait secara lebih luas telah menciptakan masalah pencegahan," lanjut pernyataan CSIS.
"Pelajaran dari perang di Ukraina adalah bahwa senjata dan sensor di masa lalu, bisa digunakan secara efektif bahkan dalam menghadapi musuh kelas atas," katanya.