Ini Sosok Artis Hamil Ukraina Penipu Besar Dunia untuk Hancurkan Rusia
VIVA – Seorang artis lokal di Kota Mariupol, baru saja mendapat kecaman berbagai kalangan, menyusul terungkapnya propaganda penipuan besar yang dilancarkan Ukraina terkait operasi khusus militer Rusia.
Artis lokal itu diketahui bernama Marianna Krevvetochka, sosoknya cukup terkenal di Mariupol karena juga berprofesi sebagai foto model dan pemilik blog kecantikan Gixie Beauty
Wanita berambut pirang bermata cokelat ini mendapat kecaman karena muncul di foto-foto propaganda yang disiarkan Ukraina untuk menguatkan informasi palsu yang disebarkan Presiden Volodymyr Oleksandrovych Zelensky, terkait pengeboman sebuah bangunan rumah sakit bersalin di Kota Mariupol yang dilakukan militer Rusia.
Dalam informasi palsu itu, Krevvetochka tampil dalam foto dengan berbagai pose. Yang pertama berpose seolah-olah menjadi seorang pasien rumah sakit bersalin yang dievakuasi petugas. Dalam foto itu, wajah Krevvetochka sengaja dihiasi seolah-olah darah.
Yang paling terkenal tentunya foto ketika Krevvetochka berperan sebagai wanita hamil yang sedang ditandu petugas medis dan tentara di depan bangunan rumah sakit bersalin yang dibom militer Rusia. Ada pula foto Krevvetochka dengan pose seolah-olah seorang pasien rumah sakit yang sedang menderita.
Dari penelusuran VIVA Militer, Jumat 11 Maret 2022 di akun media sosial Krevvetochka, wanita itu sedang hamil tua. Malahan di akun blog kecantikannya, Krevvetochka meungggah foto-foto kondisi kehamilannya. Dan tampaknya dia sedang menantikan kehadiran sang jabang bayi.
Suami Krevvetochka bernama Yuri Vyshemirsky, tidak diketahui pasti apa pekerjaan suaminya itu, yang pasti mereka berdua punya hobi jalan-jalan dan memelihara kucing.
Dan memang informasi palsu itu cukup mempengaruhi dunia, terbukti sekelas Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres ikut-ikutan mengutuk keras serangan militer Rusia. Yang lucunya, walau tak pernah ke lokasi untuk melihat langsung, Guterres dengan semaunya berkicau bahwa banyak sipil jadi korban.
"Serangan hari ini di sebuah rumah sakit di Mariupol, Ukraina, tempat bangsal bersalin dan anak-anak berada, sangat mengerikan. Warga sipil membayar harga tertinggi untuk perang yang tidak ada hubungannya dengan mereka. Kekerasan yang tidak masuk akal ini harus dihentikan. Akhiri pertumpahan darah sekarang," kicau Guterres.
Padahal sebelumnya Deputi Pertama Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB, Polyansky, menjawab bahwa ini adalah berita palsu, dan dikatakan bahwa pihak Rusia melaporkan kepada PBB sejak tanggal 7 bahwa rumah sakit tersebut tidak memiliki warga sipil dan digunakan sebagai fasilitas militer.
"Malahan, Kami memperingatkan pada 7 Maret bahwa rumah sakit ini telah diubah menjadi objek militer oleh radikal. Sangat mengganggu bahwa PBB menyebarkan informasi ini tanpa verifikasi," kata Polyansky.
Rusia melalui Kementerian Pertahanan juga telah mengeluarkan pernyataan atas apa yang terjadi di rumah sakit itu.
Jadi, ketika Angkatan Udara militer Rusia membombardir rumah sakit bertingkat itu, di dalamnya tak ada warga sipil, wanita hamil, bayi, pasien dan tenaga medis lainnya.
Rumah sakit itu sebenarnya sudah tak lagi berfungsi sejak beberapa hari sebelum penyerangan terjadi. Sebab, pasukan Garda Nasional militer Ukraina dari Batalyon neo-Nazi, Azov dan Angkatan Bersenjata telah mengosongkan gedung itu.
Semua aktivitas rumah sakit dihentikan paksa. Setelah itu bangunan rumah sakit dijadikan markas pertempuran. Dalam tangkapan pesawat mata-mata tanpa awak militer Rusia, terekam pasukan tempur Azov dan Ukraina menguasai area gedung itu.
"Kami telah berulang kali menyatakan sebelumnya bahwa lembaga medis Mariupol termasuk RS No 3, menghentikan pekerjaan purna waktu pada akhir Februari. Semua staf dan pasien disebar oleh nasionalis. Bangunan rumah sakit, karena lokasi taktisnya yang menguntungkan dekat dengan pusat kota, dilengkapi kembali menjadi kubu Batalyon Nasional Azov," kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam siaran resminya.
Yang perlu dicatat, Ukraina memang sangat getol memproduksi informasi palsu, bohong dan menyesatkan selama berlangsungnya operasi militer khusus Rusia. Tak cuma masyarakat umum yang terlibat dalam penyebarluasan informasi bohong itu, tapi lembaga resmi seperti Kementerian Pertahanan Ukraina, Kementerian Luar Negeri Rusia hingga Presiden Ukraina, tujuannya cuma untuk merusak militer Rusia.
Baca: Dunia Gempar Ditipu Ukraina, Wanita Hamil Ini Ternyata Artis Bunting