Dunia Gempar Ditipu Ukraina, Wanita Hamil Ini Ternyata Artis Bunting
VIVA – Dunia baru saja digemparkan penipuan informasi terbesar terkait operasi militer Rusia yang dilancarkan Presiden Vladimir Putin terhadap Ukraina. Tak tanggung-tangggung Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres jadi salah satu korbannya.
Ceritanya begini, pada 9 Maret 2022, Angkatan Udara militer Rusia melancarkan serangan besar-besaran ke Kota Mariupol, Ukraina. Yang menjadi target adalah sebuah gedung yang merupakan Rumah Sakit Bersalin.
Bom-bom dijatuhkan hingga menyebabkan terjadi kerusakan hebat di bangunan bertingkat itu. Rusia menyerang bangunan itu karena dari hasil pemantauan, gedung Rumah Sakit Bersalin telah dijadikan markas bagi pasukan Garda Nasional Ukraina dari Batalyon neo-NAZI Azov.
Sebelum melakukan penyerangan ke gedung itu, Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataan resminya menyatakan telah memastikan bahwa tak ada warga sipil, pasien dan tenaga medis di infrastruktur kesehatan tersebut. Bahkan, Rusia mengerahkan pesawat tanpa awak untuk merekam kondisi yang sesungguhnya di gedung tersebut.
“Kami telah berulang kali menyatakan sebelumnya bahwa lembaga medis Mariupol termasuk RS No 3, menghentikan pekerjaan purna waktu pada akhir Februari. Semua staf dan pasien disebar oleh nasionalis. Bangunan rumah sakit, karena lokasi taktisnya yang menguntungkan dekat dengan pusat kota, dilengkapi kembali menjadi kubu Batalyon Nasional Azov,” tulis Kemhan Rusia.
Hal ini dilaporkan oleh penduduk kota, yang memindahkan kedua daerah yang dikendalikan Kiev dan dikendalikan oleh Republik Rakyat Donetsk.
Sehari kemudian, 10 Maret 2022, mendadak penyerangan ke Rumah Sakit Mariupol menjadi sorotan masyarakat dunia. Apalagi setelah Presiden Ukraina, Volodymyr Oleksandrovych Zelensky mengeluarkan pernyataan resmi bahwa ada banyak wanita hamil dan bayi yang jadi korban dalam penyerangan tersebut.
"Mariupol. Serangan langsung pasukan Rusia di rumah sakit bersalin. Orang-orang, anak-anak berada di bawah reruntuhan. Kekejaman! Berapa lama lagi dunia akan menjadi kaki tangan yang mengabaikan teror? Tutup langit sekarang! Hentikan pembunuhan! Anda memiliki kekuatan tetapi Anda tampaknya kehilangan kemanusiaan," tulis Zelensky.
Kemudian yang tak kalah bikin dua gempar ialah tatkala muncul beberapa foto kondisi rumah sakit tersebut pasca mendapatkan serangan militer Rusia.
Dari beberapa foto yang beredar, terlihat seorang wanita hamil sedang dievakuasi dari dalam gedung. Wajahnya penuh darah. Dan yang tak kalah dramatis muncul lagi foto petugas dan tentara sedang mengevakuasi seorang wanita hamil yang terluka parah dengan menggunakan tandu.
Dunia bereaksi keras atas peristiwa itu. Bahkan, sekelas Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk keras serangan militer Rusia. Yang lucunya, walau tak pernah ke lokasi untuk melihat langsung, Guterres dengan semaunya berkicau bahwa banyak sipil jadi korban.
"Serangan hari ini di sebuah rumah sakit di Mariupol, Ukraina, tempat bangsal bersalin dan anak-anak berada, sangat mengerikan. Warga sipil membayar harga tertinggi untuk perang yang tidak ada hubungannya dengan mereka. Kekerasan yang tidak masuk akal ini harus dihentikan. Akhiri pertumpahan darah sekarang," kicau Guterres.
Nah, dua hari kemudian baru sebuah fakta dari kejadian sebenarnya terungkap. Bahkan tentang sosok wanita hamil yang dievakuasi pakai tandu yang tak lain adalah artis lokal Ukraina.
Adalah WarOnFakes.com, yang dengan terang menguak kebenaran dari informasi palsu yang disiarkan Ukraina itu. Berikut hasil pengungkapan WOF dilansir VIVA Militer, Jumat 11 Maret 2022:
Apa yang palsu tentang:
Informasi bahwa Rusia telah melakukan serangan udara di rumah sakit bersalin di Mariupol menyebar di Internet. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebutnya sebagai “kekejaman.” Menurutnya, perempuan dan anak-anak tetap berada di bawah reruntuhan.
Apa yang sebenarnya terjadi:
Terlepas dari kenyataan bahwa informasi tentang pemogokan muncul pada 8 Maret di tengah hari, tidak ada pasien di banyak video dan foto. Tembakan wanita hamil muncul di ruang informasi jauh kemudian pada malam 9 Maret.
Namun, mereka segera menyebar ke semua media dan mulai menyebar di berbagai komunitas Internet populer dan di kalangan blogger, yang mungkin merupakan konsekuensi dari kampanye yang direncanakan. Dan ini terlepas dari kenyataan bahwa penduduk setempat sendiri mengklaim bahwa tidak ada wanita yang bersalin atau staf di rumah sakit bersalin.
Kisah itu menimbulkan banyak pertanyaan. Masuk akal untuk berasumsi bahwa jika benar-benar ada wanita dalam proses persalinan, staf layanan penyelamatan dan saksi mata yang tiba di tempat kejadian pertama akan segera mengambil foto dari tempat kejadian darurat di ponsel mereka, tanpa menunggu fotografer reportase terkenal. Namun, entah bagaimana propagandis terkenal Ukraina Evgeniy Maloletka adalah orang pertama yang membuat dan menerbitkan foto-foto itu.
Hari ini kami telah menerima konfirmasi yang tak terbantahkan tentang produksi "tembakan dengan wanita hamil". Orang Ukraina menggunakan model Marianna dari Mariupol untuk pengambilan gambar yang tinggi (total ada tiga). Sangat mengherankan bahwa dia memainkan dua wanita hamil yang berbeda sekaligus: dia bahkan harus mengganti pakaian dan rias wajahnya.
Namun, itu tidak mengherankan. Sebenarnya, Marianna adalah seorang blogger kecantikan terkenal di wilayah tersebut. Kami ingin menyoroti bahwa wanita itu sebenarnya hamil, tetapi dia tidak bisa berada di rumah sakit bersalin, fasilitas medis telah digunakan oleh militan Azov selama beberapa hari sebagai fasilitas yang dibentengi yang tidak berfungsi sebagai rumah sakit bersalin. Ketenaran telah menemukan pahlawan wanita dari produksi ini.
Yang perlu dicatat, Ukraina memang sangat getol memproduksi informasi palsu, bohong dan menyesatkan selama berlangsungnya operasi militer khusus Rusia. Tak cuma masyarakat umum yang terlibat dalam penyebarluasan informasi bohong itu, tapi lembaga resmi seperti Kementerian Pertahanan Ukraina, Kementerian Luar Negeri Rusia hingga Presiden Ukraina.
Baca: Tinggalkan Markas 400 Prajurit Raider Tuah Sakti TNI Bergerak ke Papua