Gawat, 5 Ribu Pasukan Khusus Rusia Teror Ukraina dari Utara

VIVA Militer: Pasukan khusus militer Rusia, Spetsnaz GRU
Sumber :
  • Youtube

VIVA – Ribuan anggota pasukan elite militer Rusia, Spetsnaz GRU, bergerak menuju Belarus, negara yang berbatasan langsung dengan Ukraina di sebelah utara. Tak hanya itu, Rusia juga membuat Ukraina kian terancam setelah memobilisasi ribuan tentara bayaran.

Siaga Perang Ukraina, Tentara Korut Nyamar Jadi Warga Rusia

Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari Mirror, tercatat ada sekitar 5.000 prajurit pasukan khusus Rusia dari Brigade Spetsnaz ke-14. Di dalamnya, terdapat sejumlah prajurit dengan kemampuan sabotase dan operasi rahasia tingkat tinggi.

Kemudian, Rusia juga mengirim ribuan tentara bayaran yang nantinya akan mendukung aksi anggota Spetsnaz dan pasukan reguler.

Ratusan Tentara Korut Mati Dilalap Rudal Storm Shadow Ukraina

Dengan tambahan sejumlah itu, setidaknya ada 85.000 personel yang bisa bergerak kapan pun untuk melancarkan serangan ke Ukraina dari sisi utara. Dari jumlah tersebut, sebagian diantaranya adalah anggota militer Belarus yang merupakan negara sekutu Rusia.

Seorang intelijen Inggris yang tak disebutkan namanya mengetahui pergrakan ribuan pasukan khusus militer Rusia tersebut.

Bule Rusia Dideportasi, Overstay hingga Tak Bayar Tagihan RS Rp 33 Juta di Bali

VIVA Militer: Pasukan khusus militer Rusia, Spetsnaz GRU

Photo :
  • cobra-ts.eu

"Begitu banyak Spetsnaz di wilayah ini, dan merupakan perkembangan yang sangat mengkhawatirkan," ucap anggota intelijen Inggris tersebut.

"Pada masa perang, fungsi utama pasukan Spetsnaz adalah penyusupan di belakang garis musuh. Baik dalam pakaian seragam maupun sipil," katanya.

Intel Inggris ini menyatakan bahwa peran utama anggota Spetsnaz adalah untuk melakukan penyusupan ke wilayah Ukraina. Dengan kemampuan sabotase dan operasi rahasia, pergerakan senyap anggota Spetsnaz diprediksi akan melemahkan Ukraina dari dalam.

"Ini biasanya jauh sebelum pertempuran dimulai. (Spetsnaz) ditempatkan untuk melakukan sabotase, penghancuran jaringan komunikasi, pusat logistik dan pembunuhan pemimpin kunci pemerintah serta perwira militer," ujar intelijen Inggris itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya