41 Tentara Australia Tewas, Taliban Belum Puas
- Defense Visual Information Distribution Service (DVIDS)
VIVA – Ternyata pendudukan Afghanistan tak hanya melibatkan pasukan militer Amerika Serikat (AS) saja. Australia, salah satu negara sekutu AS, juga mengirimkan serdadunya ke negara di kawasan Asia Selatan tersebut.
Dikutip VIVA Militer dari SBS News, Pasukan Pertahanan Australia menjadi salah satu militer yang ikut serta dalam pendudukan Afghanistan sejak 2001 silam. Sepanjang 21 tahun keberadaan pasukan Australia di Afghanistan, ada 41 prajuritnya yang tewas.
Kematian puluhan tentara Australia ternyata tak membuat Taliban ciut akan balasan yang datang. Pejabat Taliban, Ahmadullah Wasiq, memberi peringatan kepada Australia dan negara-negara sekutu AS supaya tidak ikut campur dalam masalah di Afghanistan.
Wasiq yang menjabat sebagai Wakil Kepala Komisi Kebudayaan Taliban menyatakan, kematian tentaranya adalah harga mahal yang harus dibayar mahal oleh Australia.
"Australia membuat kesalahan besar ikut-ikutan Amerika dalam kampanye mengejar perang di Afghanistan. Banyak negara membuat kesalahan dengan membabi buta mengikuti perang Amerika," tegas Wasiq.
Pernyataan Wasiq mendapatkan respons keras dari Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne. Tak segan, Payne menyebut komentar Wasiq adalah sebuah pernyataan yang menjijikan.
Menurut Payne, apa yang diungkap Taliban ke dunia internasional adalah menganggap remeh Australia. Payne mengklaim, Australia bersama-sama dengan masyarakat internasional sudah berusaha keras untuk menciptakan kedamaian di Afghanistan.
"Saya menemukan pernyataan semacam itu yang meremehkan kontribusi Australia dan masyarakat internasional dalam kasus ini. Australia dan masyarakat internasional selama bertahun-tahun telah berusaha untuk membangun Afghanistan, ini sangat mengecewakan," ujar Payne.
Dikutip VIVA Militer dari data Kementerian Pertahanan Australia, Pasukan Pertahanan Australia mengerahkan lebih dari 26 ribu prajuritnya ke Afghanistan dalam dua operasi. Yang pertama adalah Operasi Slipper (Operation Slipper) periode 2001 hingga 2014 dan Operasi Highroad (Operation Highroad) mulai 2015 hingga 2021.