China Kuak Fakta COVID-19 dan Pusat Senjata Biologis Militer Amerika

VIVA Militer: Pusat senjata biologis militer Amerika.
Sumber :

VIVA – Pada Juni 2021, Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Nikolai Platonovich Patrushev memperingatkan semua umat manusia di Bumi untuk mewaspadai rencana negara tertentu yang ingin mengacaukan keamanan dunia.

Menko Airlangga: Indonesia Siap Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Berkelanjutan dari Amerika Serikat

Ketika itu, mantan Direktur Dinas Keamanan Federal Rusia (penerus KGB) mengatakan bahwa keamanan dunia mau dikacaukan dengan menggunakan serangan patogen alias mikroorganisme parasit berbahaya.

Menurut Nikolai Platonovich Patrushev tujuan utama pihak yang mencoba menggunakan patogen berbahaya itu adalah mencari keuntungan politik dan militer. Dan kondisi ini jauh lebih berbahaya dari perkiraan, sebab percobaan ini merupakan proses kebangkitan dari senjata biologis yang membahayakan umat manusia di bumi.

China: Veto AS atas Rancangan Resolusi DK PBB untuk Gaza Tunjukkan Standar Ganda

"Ada tanda-tanda jelas bahwa mereka mencoba menggunakan patogen berbahaya untuk tujuan politik-militer. Faktanya, kami menyaksikan proses kebangkitan senjata biologis," kata Nikolai Platonovich Patrushev dalam Konferensi Moskow IX.

Memang Nikolai Platonovich Patrushev tidak menyebutkan negara mana yang berbuat senista itu pada umat manusia. Dia hanya mengimbau seluruh masyarakat dunia untuk mewaspadai tanda-tanda ancaman bahaya penggunaan patogen itu. Salah satu caranya ialah dengan mengawasi tempat kemunculan wabah penyakit berbahaya dengan lokasi laboratorium biologi asing yang ada di negara masing-masing.

Antisipasi Bencana Nasional, Pangkogabwilhan II Cek Kesiapan Pasukan PRCPB Yonzipur 10 Kostrad

VIVA Militer: Nikolai Platonovich Patrushev

Photo :

"Aktivitas mereka sangat diklasifikasikan dan menyebabkan hilangnya kedaulatan di bidang keamanan hayati oleh negara-negara yang wilayahnya fasilitas ini berada," ujar peraih penghargaan tertinggi Pahlawan Federasi Rusia itu.

Walau terang-terangan mengebut senjata biologis, tapi Patrushev tidak menerangkan dengan jelas jenis dan bentuk serangan berbahaya itu. Hanya saja, kuat dugaan pernyataan tersebut terkait dengan pandemi SARS-CoV-2 alias Virus Corona atau COVID-19.

Ada yang menarik dalam apa yang disampaikan Rusia tentang senjata biologis itu. Baru-baru ini, negara sekutu Rusia, yaitu China. Melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lijian Zhao juga membahas secara detail soal senjata biologis dan hubungannya dengan COVID-19.

Pernyataan Zhao tersebut dipaparkannya saat mengungkap fakta dan melayangkan tantangan kepada Amerika Serikat untuk jujur mengakui dan bertanggungjawab atas mewabahnya COVID-19 di dunia.

Menurut Zhao, Amerika Serikat tak perlu lagi melempar tangan atas penyebaran COVID-19. Sudah saatnya Amerika berani berkata jujur dengan melakukan penyelidikan secara terbuka atas bencana penyakit yang kini telah menyerang 198 juta manusia dan membunuh 4 juta orang.

VIVA Militer: Zhou.

Photo :

"Untuk mengalihkan tanggung jawabnya dalam respons COVID-19 yang buruk dan keluar dari motif politik untuk mencoreng dan menekan orang lain, AS telah sibuk dengan politisasi, stigmatisasi, dan mengubah studi penelusuran asal menjadi alatnya. Ia telah menjadikan kebohongan, fitnah, dan pemaksaan sebagai praktik standarnya tanpa menghormati fakta, sains, dan keadilan. Perilaku tercela AS seperti itu akan meninggalkan noda dalam sejarah perjuangan umat manusia melawan penyakit.

Tidak ada negara yang bisa menutupi dirinya sendiri dengan menodai negara lain. Untuk membuktikan dirinya transparan dan bertanggung jawab, AS harus memulai dengan empat hal ini," kata Zhao dalam keterangan resmi dilansir VIVA Militer, Selasa 3 Agustus 2021.

Zhao mengatakan, pertama Amerika harus mempublikasikan dan memerika data kasus awal yang pernah menyerang Virginia, lalu wabah bernama EVALI yang menyerang Wisconsin dan wabah pneumonia yang menyerang dua asrama pensiunan tentara yang berada di dekat pangkalan militer Fort Detrick pada Juli 2019, serta wabah penyakit paru-paru terkait vaping yang berlipat ganda di Maryland pada September 2019.

"Direktur CDC AS secara terbuka mengakui tahun lalu bahwa beberapa pasien, yang diperkirakan meninggal karena flu, dinyatakan positif Virus Corona dalam diagnosis postmortem. AS harus melakukan pengujian asam nukleat dan pengujian antibodi dari sampel serum darah pasien yang disebutkan di atas. Kami bertanya-tanya, berapa banyak dari ini yang sebenarnya adalah kasus COVID-19?," kata Zhao.

Kemudian China menantang Amerika untuk mendatangkan ahli dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk menyelidiki pangkalan militer Fort Detrick dan juga memeriksa lebih dari 200 laboratorium Amerika di luar negeri.

VIVA Militer: Pusat senjata biologis militer Amerika.

Photo :

"Secara khusus, pangkalan Fort Detrick adalah markas besar kegiatan militerisasi biologis AS, dan Institut Penelitian Penyakit Menular Angkatan Darat AS adalah entitas utamanya. Komunitas internasional dan publik Amerika telah lama menyuarakan keprihatinan tentang kegiatan ilegal, tidak jelas dan tidak aman di Fort Detrick. Research Institute, yang telah lama terlibat dalam studi dan modifikasi Virus Corona, mengalami kecelakaan keselamatan yang serius dan ditutup pada tahun 2019. Segera setelah itu, penyakit dengan gejala serupa dengan COVID-19 muncul di AS. Atas pertanyaan-pertanyaan ini, pihak AS tidak pernah memberikan penjelasan kepada rakyatnya sendiri dan masyarakat internasional," ujar Zhao.

Selain itu, China juga mendesak WHO untuk menyelidiki University of North Carolina. AS telah menuduh Institut Virologi Wuhan memperkenalkan COVID-19 dengan studi virus coronanya. Padahal, AS adalah sponsor dan praktisi penelitian semacam itu terbesar di dunia.

"Tim Ralph S. Baric, khususnya, adalah otoritas penelitian semacam itu dengan kemampuan yang sangat matang dalam mensinergikan dan memodifikasi Virus Corona. Penyelidikan terhadap tim dan lab Baric akan mengklarifikasi apakah penelitian Virus Corona telah menciptakan atau akan menciptakan SARS-CoV-2," kata dia.

Dan selanjutnya, Amerika  harus merilis data tentang atlet militer Amerika yang sakit yang menghadiri Pertandingan Militer Dunia (Military World Games) di Wuhan. Pada Oktober 2019, AS mengirim lebih dari 300 orang ke Wuhan untuk Olimpiade.

"Apakah ada orang dengan gejala yang mirip dengan COVID-19? Penyakit apa yang sebenarnya diderita oleh para atlet militer yang dilaporkan itu? Kasus-kasus tersebut harus diumumkan sesegera mungkin," kata Zhao.

Perlu diketahui, Fort Detrick merupakan pusat Komando Medis Militer Amerika alias United States Army Medical Command. Letaknya berada di Frederick, Maryland. Dulunya, Fort Detrick adalah pusat program senjata biologi AS dari 1943 sampai 1969. Sejak program tersebut tak dilanjutkan, lokasi ini dijadikan markas banyak elemen dari program pertahanan biologis Amerika Serikat di bawah U.S. Army Medical Research and Development Command (USAMRDC).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya