Armenia Tuduh Turki Dalangi Pemecatan 2 Jenderal Azerbaijan

Kolonel Jenderal Zakir Hasanov (kiri) dan Kolonel Jenderal Najmeddin Sadykov
Sumber :
  • apa.az

VIVA – Kabar pemecatan Menteri Pertahanan Azerbaijan, Kolonel Jenderal Zakir Hasanov, sangat mengejutkan banyak pihak. Sebab, Hasanov adalah alah satu sosok di balik keberhasilan pasukan Angkatan Bersenjata Azerbaijan memukul mundur sejumlah pasukan militer Armenia dalam perang yang berlangsung di Nagorno-Karabakh (Artsakh).

Pasukan Turki Siaga di Perbatasan Suriah, Milisi Kurdi Jadi Incaran

VIVA Militer melaporkan dalam berita sebelumnya, Hasanov didepak dari posisinya lantaran diketahui menjadi salah satu agen Direktorat Intelijen Utama Staf Panglima Angkatan Bersenjata Rusia (VSRF). 

Hasanov tak sendirian. Pada awal Oktober 2020 lalu, Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, juga sudah lebih dulu menyingkirkan Kolonel Jenderal Najmeddin Hasanov dari jabatannya sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Azerbaijan.

Suriah Akan Terpecah dan Dikendalikan Asing setelah Assad Digulingkan, Menurut Oposisi

Sejumlah media Armenia mempublikasikan kabar pemecatan Sadykov dan Hasanov, dari sudut pandang perang intelijen. Armenia meyakini jika kedua perwira tinggi Azerbaijan itu dipecat lantaran dianggap sebagai pengkhianat, dan karena kedekatannya dengan sejumlah perwira tinggi militer Rusia. 

Akan tetapi, yang lebih mencengangkan adalah tuduhan Armenia terhadap Turki. Armenia juga yakin, Sadykov dan Hasanov harus rela ditendang dari posisinya masing-masing karena ada bisikan dari penasihat Angkatan Bersenjata Turki (TSK). Sebab seperti yang diketahui, Turki merupakan sekutu terbesar Azerbaijan terutama dalam Perang Armenia-Azerbaijan yang sudah berlagsung lebih dari satu bulan.

Menlu Turki: Israel Sudah Hancurkan Gaza, Sekarang Ancam Masa Depan Suriah

Di sisi lain, Armenia juga menggiring opini publik dengan menyatakan bahwa persaingan antara Turki dan Rusia kembali memanas di Perang Armenia-Azerbaijan.

Sejak Perang Armenia-Azerbaijan kembali pecah pada 27 September 2020, Rusia meyakini Turki di bawah komando Presiden Recep Tayyip Erdogan telah memobilisasi tentara bayaran dari Suriah. Para tentara bayaran ini dikaitkan dengan pernyataan Erdogan, yang mana pada awal perang sudah memastikan jika Turki akan senantiasa membantu pasukan Azerbaijan dalam perang melawan Armenia.

Di sisi lain, sejumlah pengamat militer juga melihat Turki dan Rusia lagi-lagi terlibat perseteruan setelah yang terjadi di Suriah dan Libya. Buktinya, Rusia mengerahkan sejumlah jet tempurnya untuk membombardir basis tentara bayaran di sejumlah wilayah Suriah.

Menurut laporan yang dikutip Syrian Observatory For Human Rights (SOHR), ratusan tentara bayaran Turki yang dilatih di kamp-kamp yang terletak di provinsi Idlib, tewas akibat serangan udara jet tempur Angkatan Udara Rusia (VVS).

Hubungan Turki-Rusia bisa kembali memanas akibat tuduhan Armenia. Padahal beberapa bulan lalu, Turki dan Rusia sama-sama sepakat untuk melakukan gencatan senjata di Suriah dan Libya. Turki dan Rusia akhirnya mencapai titik temu untuk bersama-sama membantu Libya dan Suriah keluar dari krisis ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya