Kisah Jenderal TNI Wiranto Kalah Cepat dari Letjen Prabowo

VIVA Militer: Letjen TNI Wiranto dan Mayjen TNI Prabowo Subianto
Sumber :
  • Al Jazeera

VIVA – Tepatnya 28 Maret 1998, Mayor Jenderal TNI Muchdi Purwopranjono resmi diangkat menjadi Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus), menggantikan posisi Mayjen TNI Prabowo. Ada sebuah kisah di balik pengangkatan Brigjen Muchdi menjadi orang nomor satu dalam kesatuan pasukan elite Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD).

Menhan Ungkap Banyak Prajurit Rumahnya Lebih Buruk dari Pedagang Asongan

Naiknya posisi Muchdi menjadi Danjen Kopassus, tak lepas dari sosok seorang Prabowo. Kisah ini diceritakan oleh mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) dan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Pangab RI), Jenderal TNI (Purn.) Wiranto.

Dalam buku berjudul "Bersaksi di Tengah Badai" yang ditulisnya, Wiranto menceritakan bagaimana situasi saat itu. Saat Muchdi diangkat menjadi Danjen Kopassus, Wiranto sebenarnya ingin menunjuk Brigjen Sang Nyoman Suwisma. Akan tetapi, di sini lah cerita kalah cepat Wiranto dari Prabowo.

Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto Sebut 35 Purnawirawan TNI Ikut Pilkada 2024

Prabowo yang ditunjuk menjadi Pangkostrad tiga hari sebelum pengangkatan Muchdi menjadi Danjen Kopassus, menginginkan pria kelahiran Sleman, Yogyakarta itu yang menggantikannya. Di sisi lain, Wiranto juga memiliki jagoan sendiri.

Kedekatan Prabowo dengan Presiden RI saat itu, Jenderal TNI (Purn.) Soeharto, memuluskan langkahnya. Prabowo yang merupakan menantu Soeharto, meminta langsung agar Muchdi yang saat itu menjabat Panglima Komando Daerah Militer VI/Tanjungpura, diangkat menjadi Danjen Kopassus. 

Menhan Sjafrie: Sistem Pertahanan Negara Kita Sudah Tertinggal 22 Tahun

"Saat saya menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), diputuskan bahwa Danjen Kopassus yang baru menggantikan Prabowo adalah Brigjen Suwisma. Namun keputusan itu tidak bisa dilakukan, karena Prabowo menghadap langsung ke Presiden Soeharto dan meminta agar pengangkatan Suwisma dibatalkan," tulis Wiranto dalam bukunya.

"Prabowo secara pribadi meminta Mayjen Muchdi, yang saat itu adalah Panglima TNI di Kalimantan. Saya tentu sangat kecewa dengan manuver seperti itu. Jadi saya menceritakan kepada Presiden Soeharto kisah sebenarnya. Saya juga mengatakan, saya akan bertanggung jawab atas keputusan tersebut," lanjut Wiranto.

Wiranto sadar jika ia kalah cepat. Sebab, Panglima ABRI saat itu, Jenderal TNI Feisal Tanjung keburu menandatanani surat keputusan pengangkatan Muchdi sebagai Danjen Kopassus.

"Namun belakangan saya tahu bahwa saya terlambat. Karena, Panglima ABRI, Jenderal Feisal Tanjung telah menandatangani keputusan yang melewati saya sebagai Panglima Angkatan Darat. Dengan alasan, Presiden menginginkan tujuan itu," catat Wiranto.

Muchdi sendiri hanya menduduki posisi sebagai Danjen Kopassus kurang dari satu bulan. Posisinya kemudian digantikan oleh Mayjen TNI Syahrir MS.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya