Perang China-Taiwan Tinggal Hitungan Hari?
- Business Insider
VIVA – Armada tempur Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) dikabarkan sudah siaga di sejumlah titik di sekitar wilayah Republik China (Taiwan). Meski disebut masih spekulasi, namun sejumlah pihak meyakini jika China akan segera melancarkan agresi ke wilayah Taiwan.
VIVA Militer melaporkan dalam berita sebelumnya, seorang pengamat militer yang berbasis di Beijing menyatakan, pengerahan rudal hipersonik Dongfeng DF-17 tidak diperuntukkan untuk menyerang Taiwan.
Sumber yang tak disebut namanya ini meyakini, rudal DF-17 hanya akan digunakan untuk mengadang intervensi pasukan asing, dalam hal ini Amerika Serikat (AS), yang menentang ambisi China untuk mengembalikan Taiwan ke dalam wilayahnya.
Tak hanya rudal DF-17, Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAAF) juga dikabarkan telah menyiagakan sejumlah unit jet tempur siluman Chengdu J-20. Di sisi lain, Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAN) juga meningkatkan kesiapannya dengan pengerahan pasukan Korps Marinir selain sejumlah kapal perang.
Pada akhir Agustus 2020, VIVA Militer juga menyiarkan pernyataan eks Wakil Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA), Laksamana James Winnfeld, yang meyakini jika China akan melakukan invasi sebelum Pemilu Presiden AS digelar pada 3 November 2020.
Menurut Winnfeld dalam essai yang ditulisnya dan dipublikasikan oleh US Naval Institute, salah satu strategi yang diterapkan militer China adalah menagkal intervensi AS saat serangan dilancarkan. Oleh sebab itu, ada keterkaitan antara status siaga rudal DF-17 dengan kemungkinan intervensi AS yang datang dari Laut China Selatan.
Apa yang diutarakan Winnfeld ternyata tak sepenuhnya benar. Sebab menurut pakar militer daratan, Song Zhongping, China belum tentu melancarkan serangan sebelum Pemilu Presiden AS.
"Persiapan dan pelatihan intensif di sekitar pulau (Taiwan) membuat Angkatan Udara (PLAAF) dan Angkatan Laut (PLAN) semakin akrab dengan zona pertempuran potensial. Dan, lebih meningkatkan rencana dan taktik mereka," ucap Song dikutip VIVA Militer dari Global Times.
"Sehingga, dalam skenario perang biaya dapat diminimalkan. Tentu saja, PLA juga mempersiapkan skenario khusus terburuk, terhadap intervensi militer Amerika Serikat," katanya.
Song menyatakan Tentara Pembebasan Rakyat China terus melakukan persiapan dan latihan, yang membuat statusnya semakin akrab dengan zona perang. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan strategi efektif yang dibuat, agar bisa meminimalisasi biaya perang. Tentunya, pasukan militer China juga menyiapkan skenario terburuk jika pasukan AS datang.
Baca juga: China Bikin Rudal Hipersonik Biar Amerika Tak Berani Macam-macam