Bukti Amerika Paranoid Aksi Spionase Militer China

VIVA Militer: Ilustrasi spionase China
Sumber :
  • Youtube

VIVA – Persaingan antara Amerika Serikat (AS) dan Republik Rakyat China (RRC) semakin terlihat. Seperti halnya Perang Dingin yang melibatkan AS dengan Uni Soviet sejak 1947 hingga 1991, Negeri Paman Sam juga disebut sudah masuk dalam skenario serupa. Namun kali ini, lawannya adalah China yang merupakan raksasa Asia.

Menko Airlangga: Indonesia Siap Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Berkelanjutan dari Amerika Serikat

Sepanjang 2020, pemerintah Amerika telah meningkatkan pengawasannya terhadap sejumlah warga negara China yang berada di negaranya. Amerika curiga, warga negara China yang masuk ke wilayahnya berafiliasi dengan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) yang dikirim untuk melakukan aksi spionase.

Pada Januari 2020, Departemen Kehakiman AS mengeluarkan dakwaan terhadap seorang warga negara China bernama Ye Yanqing dan Zheng Zaosong. Menurut laporan yang diperoleh VIVA Militer dari Euro News Weekly, keduanya diketahui adalah peneliti dari Universitas Harvard, Massachusetts, AS.

China: Veto AS atas Rancangan Resolusi DK PBB untuk Gaza Tunjukkan Standar Ganda

Ye dan Zheng diciduk Biro Investigasi Federal (FBI) dengan tuduhan spionase. Kedua warga negara China ini dituduh menutupi aktivitas spionase dan menutupi kebenaran hubungannya dengan Tentara Pembebasan Rakyat China. Sebelum ditangkap, keduanya dimasukan FBI dalam daftar pencarian orang dan diyakini sudah melarikan diri kembali ke China.

VIVA Militer: Warga negara China masuk daftar pencarian orang FBI

Anggota Kongres Sebut AS Sudah Bantu Israel Senilai Rp286 Triliun dalam Bentuk Senjata

Pada Mei 2020, Presiden Donald Trump menandatangani deklarasi yang menyatakan jika mahasiswa pascasarjana yang terbukti berafiliasi dengan militer China, akan kehilangan visanya. Sementara pada September 2020, Departemen Luar Negeri AS mengonfirmasi jika ada 1.000 orang mahasiswa yang telah dikeluarkan dari kampusnya.

Sementara itu, dalam data lain yang dikutip VIVA Militer dari Wall Street Journal, FBI disebut telah menginterogasi sekitar 50 orang peneliti warga negara China di 30 kota di Amerika. Seluruh peneliti ini juga dicurigai berada di wilayah AS dalam rangka misi spionase.

Kemudian pada Juli 2020, Departemen Kehakiman AS juga telah mendakwa empat orang warga negara China dengan tuduhan yang sama. Salah satu tersangka bernama Tang Juan, yang merupakan peneliti medis di Universitas California, Los Angeles (UCLA). Tang dikabarkan sempat meminta perlindungan di Konsulat China di San Francisco selama sebulan, sebelum akhirnya ditangkap dan dibebaskan dengan jaminan.

Pada bulan yang sama, Trump memerintahkan penutupan Konsulat China di Houston, Texas, tepatnya pada 23 Juli 2020. Penutupan Konsulat China di Houston, semakin meningkatkan ketegangan antara Amerika dan China. Sebagai balasan, Presiden Xi Jinping juga menginstruksikan penutupan Konsulat Amerika di Chengdu, empat hari berselang.

Baca juga: Iran Makin Gatal Ingin Habisi Bahrain dan UEA

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya