Kolonel Chunhui Siaga Penuh, Tentara China Intai Kapal Perang Amerika
- Business Insider
VIVA – Masuknya kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy), USS Barry (DDG-52), ke Selat Taiwan, kembali membuat Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) bersiaga penuh. China merespons dengan reaksi keras kepada Amerika Serikat (AS), untuk menghentikan tindakan provokasi semacam itu.
Dalam berita VIVA Militer sebelumnya, kapal perusak berpeluru kendali USS Barry melakukan transit di Selat Taiwan untuk melakukan operasi pengamanan di kawasan Indo-Pasifik. Dalam pernyataannya, Angkatan Laut AS memastikan pengerahan kapal perang USS Barry adalah bentuk komitmen Negeri Paman Sam terhadap stabilitas keamanan di wilayah tersebut.
Sebaliknya, Tentara Pembebasan Rakyat China justru menganggap apa yang dilakukan kapal perang Amerika itu adalah sebuah tindakan provokasi. Militer AS dituding China lagi-lagi melakukan pelanggaran hukum internasional.
Kapal Perang USS Barry kabarnya memasuki Selat Taiwan setelah ada laporan jika AS tengah bergerak maju dalam penjualan senjata ke Taiwan. Hal ini lah yang memancing respons keras militer China. Juru bicara Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat China, Kolonel Zhang Chunhui, mendesak AS untuk mencari masalah.
Dalam pernyataannya, Chunhui memastikan pasukan Tentara Pembebasan Rakyat China senantiasa siaga dan waspada akan segalah hal yang bisa mengancam kedaulatannya.
"Kami dengan tegas mendesak AS untuk berhenti membuat pernyataan dan tindakan yang menimbulkan masalah. Pasukan komando selalu waspada penuh dan tegas menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial, serta perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan," ucap Zhang dikutip VIVA Militer dari Global Times.
Ketegangan antara Amerika yang merupakan sekutu terbesar Republik China (Taiwan) dengan China, masih belum mereda. Pasalnya, kapal perang USS Barry jadi yang kapal perang ke-10 Angkatan Laut AS yang masuk ke Selat Taiwan.
Sejumlah pengamat militer memprediksi pasukan militer Amerika akan meningkatkan aktivitasnya di kawasan Laut China Selatan dan Selat Taiwan. Langkah ini dilakukan setelah prediksi yang diutarakan mantan Wakil Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) yang juga purnawirawan Angkatan Laut AS, Laksamana James Winnfeld, terkait serangan militer China ke Taiwan.
Dalam essay Winnfeld yang diterbitkan US Naval Institute, armada tempur militer China akan disiagakan di tiga wilayah perairan, salah satunya adalah Laut China Selatan. Wilayah ini dipercaya adalah pintu masuk bagi militer Amerika untuk masuk dan membantu Taiwan, andai pasukan China menyerang.
Tak hanya itu, Winnfeld juga meyakini bahwa armada tempur dan pasukan Tentara Pembebasan Rakyat China akan melancarkan serangan ke Taiwan, sebelum Pemilihan Umum Presiden AS, 3 November 2020.