Fakta Terkuak, Misi Besar Erdogan di Balik Perang Armenia-Azerbaijan
- The Economist
VIVA – Intervensi Turki dalam Perang Armenia-Azerbaijan di Nagorno-Karabakh, kembali menjadi sorotan. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, ternyata memiliki misi khusus dalam sejumlah konflik. Tak hanya di Perang Armenia-Azerbaijan, Turki juga diketahui ikut terlibat dalam Perang Saudara Libya dan Suriah.
VIVA Militer melaporkan dalam berita, Selasa 29 September 2020, Erdogan dikaitkan dengan perusahaan keamanan swasta, SADAT International Defense Consultancy Inc. Erdogan dikabarkan sangat dekat dengan Brigadir Jenderal Adnan Tanriverdi, mantan perwira tinggi Angkatan Bersenjata Turki (TSK) yang merupakan pendiri perusahaan tersebut.
Lewat perusahaan itu, Turki memobilisasi tentara bayaran ke sejumlah wilayah konflik termasuk perang di Nagorno-Karabakh. Saat Perang Armenia-Azerbaijan pecah pada 27 September 2020, Erdogan sudah mendeklarasikan diri jika Turki akan memberikan dukungan penuh terhadap Azerbaijan.
Ternyata, Erdogan memiliki misi khusus setelah memutuskan memberikan dukungan kepada Azerbaijan. Sederet prediksi dinyatakan oleh Felix Schmidt, perwakilan yayasan politik Jerman, Friedrich Ebert Foundation, di Turki.
Dalam pernyataannya, Schmidt menyebut jika Erdogan memang memiliki ambisi untuk membangkitkan nasionalisme Turki. Di bawah komando Erdogan, Turki semakin menunjukkan diri sebagai kekuatan baru di kawasan Timur Tengah dan Eropa. Tak hanya itu, intervensi Turki dalam perang di Libya, Suriah, dan Nagorno-Karabakh, memiliki motif ekonomi.
"Deklarasi dukungan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, di Azerbaijan dalam konflik Nagorno-Karabakh adalah 'petualangan asing' terbaru Turki, dalam serangkaian pertikaian regional," ujar Schmidt dikutip VIVA Militer dari Ahval News.
"Turki semakin memandang dirinya sebagai kekuatan hegemonial regional, yang memaksakan kepentingannya dengan cara militer yang kuat. Sementara, berbagai intervensinya memiliki motivasi yang berbeda. Termasuk, mempertahankan kepentingan ekonomi, minyak dan gas, keamanan, dan kebangkitan nasionalisme," katanya.
Schmidt juga meyakini jika Erdogan ingin mengalihkan perhatian rakyat Turki, atas krisis ekonomi yang tengah membelit negara itu. Dengan intervensi Turki di sejumlah konflik, Erdogan berhasil membuat rakyat menunjukkan rasa nasionalisme. Sebab sebagian besar rakyat Turki, sangat mendukung keputusan Erdogan untuk mengerahkan pasukan militer ke Libya, Suriah, dan Nagorno-Karabakh.
"Alasan lain Presiden Erdogan terlibat dalam konflik Nagorno-Karabakh adalah krisis ekonomi Turki yang semakin dalam. Erdogan berharap petualangan asing lainnya akan menyatukan negara di belakangnya, dan mengalihkan perhatian orang-orang Turki dari kemiskinan yang semakin meningkat," ucap Schmidt melanjutkan.
"Erdogan mendapatkan apa yang diinginkannya. Konflik di Kaukasus telah menciptakan kebangkitan nasionalisme Turki, yang secara luas mendukung Azerbaijan," katanya.