Ngeri, Darah Keluar dari Mata dan Mulut Mayat Jenderal Keitel

VIVA Militer: Jenazah Jenderal Wilhelm Keitel setelah dihukum gantung
Sumber :
  • US Army

VIVA – Nama Jenderal Wilhelm Keitel memang tidak seterekenal Diktator Nazi Jerman, Adolf Hitler. Akan tetapi, di balik hegemoni Nazi pada Perang Dunia II sosok Keitel takkan bisa dipisahkan. Bagaimana tidak, Keitel Panglima Angkatan Bersenjata Nazi Jerman (Wehrmacht) saat itu.

Hukuman Pemberi Suap Hasbi Hasan Dipotong Setahun di Kasasi

Lahir di kota kota kecil Bad Gandersheim, distrik Northheim, 22 September 2020, Keitel sebenarnya memiliki cita-cita untuk menjadi seorang atlet atletik. Akan tetapi, pendidikannya di sebuah gimnasium akhirnya putus akibat larangan sang ayah, Carl Keitel. 

Menurut catatan Gene Muller dan Samuel Mitcham dalam buku "Hitler's Commanders: Officers of the Wehrmacht, the Luftwaffe, the Kriegsmarine, and the Waffen-SS" yang terbit pada 2012, kegagalan itu lah yang membuat Keitel memutuskan untuk masuk ke akademi militer Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jerman, pada 1901.

Dituding Fasis oleh Kamala Harris, Trump: Saya Bukan Seorang Nazi!

Setelah lulus dari akademi militer Angkatan Darat Prusia, Keitel ikut bertempur saat Perang Dunia I meletus. Keitel sempat terluka parah dalam pertempuran di Flanders (saat ini masuk dalam wilayah Kerajaan Federal Belgia). 

Keberaniannya dalam pertempuran, membuat Keitel mendapatkan promosi jabatan menjadi kapten setelah perang berakhir. Sejak 1915, Keitel bertugas di Markas Pusat Angkatan Bersenjata Republik Weimar hingga 1933. Saat Nazi di bawak komando Hitler berkuasa, karier Keitel makin cemerlang.

Kepala Dewan Nasional Palestina Sebut Israel Bertujuan Usir Warga Palestina dari Tanah Mereka

Pada 1934, Keitel ditunjuk sebagai Wakil Komandan Divisi Infanteri ke-3 Angkatan Darat Nazi (Heer) pada 1934. Di saat yang sama, ia juga menjadi Komandan Divisi Infanteri ke-22 di Bremen. Karier Keitel terus meroket. Pada 1935, atas rekomendasi Komandan Angkatan Darat Nazi, Jenderal Werner von Fritsch, dipromosikan dan diangkat menjadu Kepala Kantor Angkatan Bersenjata Kementerian Perang Reich (Wehrmachtsamt), dengan pangkat mayor jenderal.

Pada 1938, Hitler pun mengambil alih komando Wehrmacht. Dalam buku "Inside Hitler's High Command" karya Geoffrey Megargee, di tahun ini lah Keitel akhirnya menduduki puncak tertinggi kariernya setelah dipilih Hitler sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Nazi. Keitel menduduki jabatannya usai promosi pangkat menjadi jenderal penuh.

Banyak yang tak suka dengan Keitel. Salah satunya adalah Jenderal Ewald von Kleist, yang menyebut Keitel adalah seorang penjilat. Von Kleist menganggap Keitel adalah orang yang pandai mencari muka, dan selalu mengikuti perintah Hitler tanpa berpikir terlebih dulu.

"Keitel tak lebih dari pengikut bodoh Hitler" ujar Von Kleist dikutip VIVA Militer dari Trumanlibrary.gov.

Tak hanya Von Kleist, Ketua Parlemen (Reichstag) dari Partai Nazi yang juga adalah perwira tinggi militer, Marsekal Hermann Goring, juga tak senang dengan Keitel. Goring bahkan berani menyebut Keitel adalah seorang perwira tinggi yang punya pemikiran layaknya seorang sersan.

"Keitel memiliki pemikiran sersan di balik jabatan jenderal lapangan," kata Goring.

Meski demikian, Hitler makin percaya dengan Keitel setelah ia memainkan peran penting saat menggagalkan upaya pembunuhan Hitler yang dikenal dengan istilah Plot 20 Juli. Di bawah instruksi Keitel, ada ribuan orang baik sipil dan militer ditangkap dan dieksekusi. 

Perintah Hitler untuk menentang komunis Uni Soviet dan genosida terhadap kaum Yahudi, diterjemahkan secara brutal oleh Keitel. Pada September 1941, Keitel mengeluarkan perintah tertulis yang berbunyi, "Perjuangan melawan Bolshevisme menuntut tindakan yang kejam dan energik terutama juga terhadap orang Yahudi, pembawa utama Bolshevisme ".

Hal ini lah yang menjadi bumerang baginya. Sebab setelah Perang Dunia II berakhir dengan kekalahan telak di kubu Nazi, Keitel pun ditangkap dan dijatuhi hukuman mati akibat kejahatan perang. Menghadapi sidang di Pengadilan Militer Internasional (IMT), Keitel didakwa melakukan kejahatan terhadap perdamaian, perencanaan, memulai dan mengobarkan agresi perang, kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Dalam buku "The Nazi War Trials" yang ditulis Andrew Walker, Keitel sempat melakukan pembelaan dengan menyebut hanya mengikuti perintah atasan (Fuhrerprinzip). Sayang, Pengadilan Militer Internasional menolak pembelaannya dan tetap menjatuhi hukuman mati.

Keitel dieksekusi mati dengan hukuman gantung di Nuremberg, 16 Oktober 1946. Setelah dieksekusi, tampak sebuah foto yang dipublikasikan oleh Angkatan Darat Amerika Serikat (US Army) mayat Keitel mengeluarkan darah dari mata dan mulutnya.

Setelah tewas, Keitel dan sejumlah perwira tinggi Nazi Jerman yang dieksekusi kemudian dikremasi. Setelah itu, abunya dilarung di Sungai Isar yang melewati Austria dan Jerman. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya