Balas Dendam Jenderal Soleimani, Iran Mau Bunuh Dubes Amerika
- Harper West
VIVA – Kematian Panglima Pasukan Quds Garda Revolusi Iran (IRGC), Mayor Jenderal Qassem Soleimani, masih menyisakan dendam mendalam Iran kepada Amerika Serikat (AS). Kabar terbaru, AS menuduh Iran punya rencana untuk membunuh Duta Besar AS untuk Afrika Selatan, Lana Marks.
Dalam laporan VIVA Militer sebelumnya, diketahui bahwa Soleimani tewas di Bandara Internasional Baghdad, Irak, akibat serangan drone milik Angkatan Bersenjata AS (US Armed Forces), 3 Januari 2020.Â
Kematian Soleimani membuat Iran murka, dan menurut laporan lain yang dikutip VIVA Militer dari Al-Arabiya, Iran berencana untuk membunuh Marks. Marks kabarnya menjadi target pembunuhan Iran, yang akan dilakukan sebelum Pemilihan Umum Presiden AS pada November 2020 nanti.
Kabar tersebut rupanya sudah sampai ke telinga Presiden AS, Donald Trump. Trump seketika marah besar setelah mengetahui rencana pembunuhan Marks oleh Iran. Lewat akun Twitter pribadinya, Trump mengancam akan selalu memberikan balasan 1.000 kali lebih dahsyat jika Iran macam-macam dengan AS.
"Setiap serangan oleh Iran, dalam bentuk apapun, terhadap Amerika Serikat, akan berhadapan dengan serangan terhadap Iran yang akan 1.000 kali lebih besar," bunyi pernyataan Trump.
Tuduhan Trump membuat Iran tak terima. Balik mengancam, juru bicara pemerintah Iran, Ali Rabiei, menegaskan pihaknya akan memberikan respons tegas jika Amerika sampai melancarkan serangan lagi.
Rabiei menyesalkan pernyataan Trump, seorang pemimpin negara yang mengklaim sebagai penjaga ketertiban dunia yang paling kuat. Tuduhan Trump dianggap tak berdasar dan bisa percaya begitu saja dengan berita bohong.
"Kami berharap mereka (AS) tidak membuat kesalahan strategis baru dan tentunya dalam kasus kesalahan strategis, mereka akan menyaksikan tanggapan tegas Iran," ujar Rabiei.
"Presiden sebuah negara yang memiliki klaim atas manajemen dan ketertiban global, membuat pernyataan yang tergesa-gesa, dan didorong oleh agenda yang meragukan dengan dasar yang lemah," katanya.
Tak cuma itu, Rabiei juga menganggap Trump sengaja melontarkan pernyataan tersebut. Sebab, ada maksud politis di balik sikapnya. Rabiei tahu, Trump tengah menghimpun kepercayaan rakyat agar terpilih lagi sebagai Presiden AS.
"(Laporan semacam itu) tidak menghasilkan apa-apa selain gangguan ke sebuah kawasan dan pada ketenangan dunia. (Trump) seharusnya menahan diri (untuk) sebuah petualangan baru, demi memenangkan masa jabatan baru sebagai presiden," ucap Rabiei.