Terkuak, Akal Bulus Presiden Prancis Kirim Pasukan Perangi Erdogan
- Euronews
VIVA – Emmanuel Macron adalah salah satu pemimpin negara Eropa yang gencar menyuarakan sikap anti-Turki, di tengah krisis yang dialami dengan Yunani. Presiden Prancis itu menunjukkan sikapnya mendukung penuh Yunani, dengan pengerahan pasukan dan kendaraan tempur untuk memerangi negara yang dipimpin Recep Tayyip Erdogan itu.
Dalam laporan VIVA Militer 1 September 2020 disebutkan bahwa Prancis memastikan pengerahkan kapal induk bertenaga nuklir, Charles de Gaulle, untuk membantu Yunani seandainya terjadi perang dengan Turki.Â
Langkah yang diambil Prancis di bawah komando Macron, ternyata tak membuat nyali Erdogan ciut. Dengan tegas Presiden Turki itu mempersilahkan bagi siapa pun untuk datang membantu Yunani. Akan tetapi, negara mana pun yang ikut mendukung Yunani dipastikan Erdogan akan menjadi lawan Turki.
"Biarkan mereka datang menghadapi kami. Jika mereka tidak memiliki keberanian untuk itu, mereka harus menyingkir dari jalan kami," ucap Erdogan, dikutip VIVA Militer dari Greek City Times.
Sepak terjang Turki dianggap Macron adalah penerapan kolonialisme gaya baru. Tak cuma itu, politisi Partai La Republique En Marche! berusia 42 tahun itu juga meyakini bahwa Turki mendapat dukungan dari Rusia, yang notabene adalah lawan negara-negara Barat. Macron juga melihat Erdogan menggunakan sejarah hegemoni Kekaisaran Ottoman untuk merealisasikan ambisinya.
"(Laut) Mediterania hari ini adalah teater konflik berkepanjangan, seperti di Suriah dan Libya. Permainan hegemoni kekuatan sejarah yang nerusaha untuk mengguncang seluruh wilayah, dan peran Rusia serta Turki menjadi perhatian kami," ucap Macron dikutip VIVA Militer dari Pentapostagma.
Ternyata, tindakan Macron mendukung Yunani dalam perlawanan terhadap Turki punya tujuan tersendiri. Dalam laporan lain yang dikutip VIVA Militer dari BulgarianMilitary.com, Macron memanfaatkan dua pasal Perjanjian Uni Eropa (UE) dan Pakta Atlantik Utara (NATO) terkait bantuan keamanan.
Prancis dan Macron memanfaatkan Pasal 42 Perjanjian Uni Eropa (UE), bahwa jika suatu Negara Anggota diserang, negara-negara lain harus membantu dengan segala cara. Kemudian Pasal 5 NATO yang menetapkan bahwa menyerang satu negara sekutu berarti menyerang semua negara sekutu.
Ada dugaan bahwa Macron memang sengaja mengambil celah dari kedua pasal itu untuk membantu Yunani dengan satu tujuan, terpilih lagi sebagai Presiden Prancis dalam Pemilu Presiden Prancis 2022. Macron berusaha untuk meyakinkan rakyat Prancis untuk memilihnya kembali, dengan menunjukkan dirinya sebagai pihak yang menjunjung tinggi perdamaian di kawasan Laut Mediterania.
Baca juga: Amerika Siap Buka Pangkalan Militer di Yunani, Erdogan dalam Bahaya