Pasukan Khusus India Tewas Kena Ranjau di Perbatasan China
- Medium News
VIVA –Seorang prajurit dari pasukan khusus India tewas dan sejumlah prajurit lainnya terluka parah akibat ledakan ranjau yang terpasang di perbatasan dengan China dekat Danau Pangong Tso, Himalaya Barat.
Prajurit itu teridentifikasi bernama Tenzim Nyima, dia bukan prajurit sembarang, dihimpun VIVA Militer, Jumat 4 September 2020, disebutkan dia merupakan anggota Pasukan Perbatasan Khusus alias SFF.
Nyima meregang nyawa dengan kondisi mengenaskan. Tubuhnya nyaris hancur akibat ledakan dan telah dievakuasi untuk segera dimakamkan.
SFF merupakan pasukan khusus yang dibentuk untuk menjaga wilayah pegunungan tinggi seperti Himalaya. Tak semua orang India bisa bergabung dengan SFF, hanya orang-orang yang terbiasa hidup di pegunungan tinggi yang dingin.
Sebenarnya SFF bukan dikhususkan untuk pertempuran. Tapi sebagai pasukan penolong spesial pegunungan. Karena itulah, sebagian besar personelnya direkrut dari warga Tibet, termasuk Nyima dan tentara yang terluka dalam ledakan ranjau itu.
"Pasukan SFF adalah pasukan penolong, terutama dalam konteks pendakian gunung dan peperangan di dataran tinggi. Jika mereka (SFF) dikerahkan, saya tidak terkejut. Karena mereka adalah pendaki gunung, serta komando yang hebat,” kata mantan penasihat pemerintah India untuk Tibet, Amitabh Mathur.
Ranjau yang menewaskan Nyima bukan milik tentara China. Tapi milik tentara India sendiri. Ranjau-ranjau memang sengaja dipasang untuk pertahanan agar tak mudah diterobos tentara China.
Perlu diketahui, dalam beberapa hari ini India mulai gencar menggerakkan pasukannya untuk menjaga perbatasan sekitar Danau Pangong Tso. India bahkan telah mengubah status militer di sana dari pertahanan menjadi keamanan. Hal ini menyusul serangan yang dilakukan tenara China di wilayah itu. SFF sendiri merupakan pasukan yang paling ditakuti tentara China.
Baca: Sosok 9 Jenderal TNI di Sekeliling Panglima Kostrad
China: Veto AS atas Rancangan Resolusi DK PBB untuk Gaza Tunjukkan Standar Ganda
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri mengatakan tindakan AS yang kembali mengajukan veto atas rancangan resolusi DK PBB atas Gaza kembali menunjukkan standar ganda AS.
