Rusia dan Turki Akhirnya Sepakat Gencatan Senjata di Libya
- Middle East Monitor
VIVA – Rusia dan Turki akhirnya sepakat untuk melakukan gencatan senjata di seluruh wilayah Libya. Kedua negara menegaskan komitmen untuk bekerjasama mengakhiri konflik di Libya, yang sudah terjadi selama sembilan tahun.
VIVA Militer melaporkan dalam berita 18 Agustus 2020, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, telah melakukan komunikasi via telepon dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Salah satu pembahasan dalam pembicaraan kedua pemimpin negara, adalah gencatan senjata di Libya.
Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari Al Jazeera, Juru bicara Kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, menyebut bahwa Erdogan cukup senang dengan apa yang diucapkan oleh Putin.Â
Pasca pembicaraan itu, Erdogan dan Putin dikabarkan sepakat untuk membantu satu sama lain untuk menciptakan perdamaian di Libya, termasuk juga di Suriah. Yang terbaru, Kementerian Luar Negeri Rusia akhirnya mengonfirmasi kesepakatan gencatan senjata dengan Turki di Libya.Â
"Selama pertukaran pendapat yang mendalam dalam partisipasi perwakilan dari kementerian pertahanan kedua negara, kedua pihak berfokus pada pentingnya pernyataan Presiden Dewan Perwakilan Libya, Aguila Saleh, dan Perdana Menteri Pemerintah Kesepakatan Nasional, Fayez al-Sarraj, tentang gencatan senjata di seluruh wilayah Libya," bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia.
"Kedua negara menegaskan kembali kepentingan bersama antara Moskow dan Ankara, dalam pendekatan koordinasi lebih lanjut. Demi kepentingan membantu pembentukan dialog intra Libya yang konstruktif, dengan partisipasi seluruj kekuatan dan organisasi politik," lanjut pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Perlu diketahui Rusia sendiri sudah terlibat dalam Perang Saudara Libya Kedua sejak 2015. Meski Putin kerap membantah, Rusia diketahui memobilisasi tentara bayaran yang didatangkan perusaan keamanan swasta, Wagner Group.
Para tentara bayaran ini diutus Rusia untuk mendukung Tentara Nasional Libya (LNA) di bawah komando Marsekal Khalifa Haftar.
Sementara itu, Turki baru terlibat dalam konflik Libya sejak Januari 2020. Sesuai perintah Erdogan, Turki menurunkan pasukan organik Angkatan Bersenjata Turki (TSK) ke sejumlah wilayah untuk mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya (GNA).