Turki Dalam Bahaya, Prancis Kerahkan Kapal Induk Nuklir ke Mediterania

VIVA Militer: Kapal Induk Nuklir Charles de Gaulle
Sumber :
  • VIVA Militer

VIVA – Sebuah kabar mengejutkan baru saja tersiar di Eropa, Prancis mendadak mengerahkan pasukan perang dengan jumlah besar ke Laut Mediterania timur.

Digembleng Sebulan Lebih, 27 Prajurit Wanita Angkatan Laut Dapat Brevet Terjun Payung Free Fall dari Wakasal

Informasi yang dihimpun VIVA Militer dari KNEWS, Selasa 1 September 2020, tak cuma pasukan perang, Prancis juga mengerahkan Kapal Induk Charles de Gaulle lengkap dengan pesawat tempur dan dikawal kapal-kapal perang Corvert dan Fregat. Bahkan juga kapal selam.

Kapal induk bertenaga nuklir terbesar di Eropa Barat itu diberangkatkan dari Pelabuhan Toulon. Digambarkan rombongan pasukan militer Prancis itu bergerak dalam posisi siap tempur.

Tentara Korut Ditarik dari Perbatasan Ukraina, Ada Apa?

Pengerahan pasukan Angkatan Laut Prancis ke Mediterania timur dipicu ancaman perang yang dilontarkan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan kepada Prancis dan Yunani.

Erdogan telah menyatakan siap menumpahkan darah dan berkorban nyawa untuk mempertahankan hak kedaulatan wilayah maritim di Laut Mediterania timur.

TNI Siapkan 514 Titik Lahan Guna Sukseskan Program Makan Bergizi Gratis Ala Presiden Prabowo

Erdogan bahkan dengan tegas menyatakan tak takut berperang melawan negara manapun di Mediterania timur termasuk Yunani dan Prancis yang bersekutu.

Belum diketahui seberapa lama rombongan besar armada perang Prancis akan tiba di Laut Mediterania timur. Namun dengan pengerahan pasukan besar ini dipastikan Turki kini dalam bahaya. Sebab konfrontasi senjata terancam pecah.

Sementara itu, saat ini di Laut Mediterania timur sedang berlangsung latihan perang besar-besaran yang digelar Angkatan Laut Turki, latihan perang bersandi dalam sebuah operasi bernama Navtex. Operasi ini baru saja diperpanjang hingga 11 September 2020.

Prancis sebenarnya bukan pihak langsung yang terlibat dalam sengketa maritim di Laut Mediterania timur. Yang bersengketa sebenarnya Turki dan Yunani. Hanya saja Prancis menilai Turki bersalah dengan melakukan kegiatan seismik di perairan itu. Malah Prancis mengirimkan jet tempur ke Yunani untuk membantu memerangi Turki.

Situasi di Laut Mediterania timur memanas setelah Turki memindahkan pasukannya dari Laut Hitam ke perairan itu. Pemicunya, Turki marah besar atas perjanjian batas maritim yang secara sepihak disepakati Yunani dan Mesir.

Turki tak terima dengan hasil kesepakatan dalam perjanjian yang dibuat Yunani dan Mesir. Sebab, sebelum ada perjanjian itu, Turki sempat meredakan ketegangan di Mediterania dengan menunda eksplorasi survei seismik yang digagas Stasiun Antalya Navtex di selatan dan timur Pulau Kastellorizo Yunani.

Turki menunda semua aktivitas seismik untuk menghargai penolakan yang dilayangkan Yunani terkati Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Namun setelah Yunani dan Mesir menandatangani perjanjian ZEE, Turki juga nekat melanjutkan survei dengan kembali melayarkan Kapal Oruc Reis dengan dikawal kapal-kapal perang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya