Turki Siap Tumpahkan Darah Perang Lawan Yunani di Mediterania
- VIVA Militer
VIVA – Presiden Recep Tayyip Erdogan menyatakan, Turki tidak takut menghadapi kekuatan militer negara untuk melindungi hak kedaulatan negara.
Pernyataan itu dilontarkan Erdogan dalam pidato dalam upacara kelulusan mahasiswa Sekolah Tinggi Perang Universitas Pertahanan Nasional di hari perayaan Angkatan Bersenjata.
Bahkan, Erdogan mengancam tak hanya mengerahkan pasukannya jika terjadi perang. Tapi juga mengerahkan 83 juta penduduk negara itu. Dan siap menumpahkan darah dan mengorbankan nyawa demi kemerdekaan.
"Setiap rintangan yang kita lewati meningkatkan rasa percaya diri kita. Posisi yang kita raih berkat Tuhan Yang Maha Esa dan kemudian dengan dukungan bangsa kita, membuat kita melihat ke depan dengan lebih percaya diri. Siapa pun yang berencana untuk menghadapi kami di darat, laut, dan udara telah melihat tekad Turki untuk melindungi hak, kepentingan, dan kemampuannya yang mendapatkan legitimasi dari hukum internasional. Dan siapa pun yang tidak melihatnya, pastikan dia akan menghadapi kenyataan ini di lapangan, di meja diplomatik, dan di forum internasional. Kami tidak takut dengan perjuangan dan konfrontasi. Dalam menghadirkan para martir dan yang terluka dalam perjuangan kami, dan demi kemerdekaan dan masa depan kami, kami semua, 83 juta orang, jangan ragu untuk berubah menjadi banjir besar dan menghancurkan bendungan tanah yang menghadap kami," kata Erdogan dalam siaran resmi yang didapatkan VIVA Militer, Senin 31 Agustus 2020.
Menurut Erdogan, dalam sejarah, Turki tak pernah merebut wilayah kedaulatan negara lain dengan semena-mena menggunakan kekuatan militer. Karena itulah Turki tak pernah memiliki sejarah buruk tentang penjajahan ke negara lain.
"Turki tidak pernah menjadi negara agresif sepanjang sejarahnya.Bangsa Turki adalah salah satu bangsa langka yang tidak memiliki noda kolonial di masa lalu. Peradaban kita adalah peradaban penaklukan. Dan kumis mereka," kata Erdogan.
Pernyataan ini dilontarkan Erdogan menyusul memanasnya situasi di Laut Mediterania timur. Perang terancam pecah di perairan itu terkait masalah batas wilayah negara dengan Yunani.
Turki dan Yunani saat ini sama-sama telah mengerahkan armada tempur ke Mediterania Timur. Malahan, Yunani telah mendatangkan militer asing untuk mendukung mereka seperti dari Prancis dan juga dari Uni Emirat Arab.
Situasi di Laut Mediterania timur memanas setelah Turki memindahkan pasukannya dari Laut Hitam ke perairan itu. Pemicunya, Turki marah besar atas perjanjian batas maritim yang secara sepihak disepakati Yunani dan Mesir.
Turki tak terima dengan hasil kesepakatan dalam perjanjian yang dibuat Yunani dan Mesir. Sebab, sebelum ada perjanjian itu, Turki sempat meredakan ketegangan di Mediterania dengan menunda eksplorasi survei seismik yang digagas Stasiun Antalya Navtex di selatan dan timur Pulau Kastellorizo Yunani.
Turki menunda semua aktivitas seismik untuk menghargai penolakan yang dilayangkan Yunani terkati Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Namun setelah Yunani dan Mesir menandatangani perjanjian ZEE, Turki juga nekat melanjutkan survei dengan kembali melayarkan Kapal Oruc Reis dengan dikawal kapal-kapal perang.