Amerika dan Israel Dituduh Dalangi Ledakan Fasilitas Nuklir Iran
- Sputnik News
VIVA – Iran akhirnya buka suara tentang serangkaian ledakan yang terjadi secara beruntun di beberapa fasilitas nuklirnya.
Menurut juru bicara Atomic Energy Organization of Iran (AEOI), Behrouz Kamalvandi, berdasarkan hasil penyelidikan, Iran menyimpulkan ledakan di fasilitas-fasilitas nuklir itu bukan peristiwa biasa. Tapi hasil sabotase.
“Ledakan di fasilitas nuklir Natanz adalah akibat dari operasi sabotase. Otoritas kemanan akan mengungkapkan alasan di balik ledakan itu pada waktunya,” kata Kamalvandi dikutip VIVA Militer dari Task and Purpose Selasa 25 Agustus 2020.
Meski Kamalvandi tak menyebutkan siapa dalang dari sabotase gudang nuklir itu. Namun, beberapa analisis lokal berpendapat bahwa Israel dan Amerika Serikat, mungkin saja berada di balik ledakan itu.
Karena cuma kedua negara itu yang sangat ingin menghentikan kegiatan pengembangan nuklir Iran.
Anggota Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri parlemen Iran, Javad Karimi Qodusi mengatakan ledakan di kompleks nuklir itu disebabkan pelanggaran keamanan.
Bahkan beberapa pejabat Iran yang lainnya, mengatakan bahwa itu mungkin adalah serangan siber. Insiden ledakan di Natanz, adalah satu dari beberapa kebakaran dan ledakan yang menghantam infrastruktur Iran dalam beberapa bulan terakhir.
Kejadian itu termasuk ledakan pada 25 Juni di fasilitas penyimpanan gas dekat pangkalan militer Parchin di timur Teheran. Sebuah gambar yang dirilis setelah insiden Natanz dan gambar satelit yang dirilis di luar negeri menunjukkan kerusakan yang signifikan.
Perlu diketahui bahwa Natanz merupakan pusat pengayaan uranium utama Iran yang terletak sekitar 250 kilometer di selatan Teheran. Ini juga mencakup fasilitas bawah tanah yang dibangun di bawah sekitar 7,6 meter beton, yang menawarkan perlindungan dari serangan udara.
Inspektur dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah mengunjungi Natanz untuk memantau kegiatan pengayaan uranium, sejak Teheran dan kekuatan dunia menandatangani perjanjian nuklir pada 2015.
Iran melanjutkan pengayaan uranium di Natanz pada September 2019, sebagai tanggapan atas penarikan diri Amerika Serikat dari kesepakatan nuklir internasional. Hal ini memberikan keringanan sanksi kepada Iran dengan imbalan pembatasan program nuklirnya.