Operasi Intelijen Bukti Israel Ketakutan Ancaman Turki
- Middle East Eye
VIVA – Perdamaian antara Uni Emirat Arab, Mesir, dan Yordania, disebut sebagai buah kerja keras yang dilakukan Badan Intelijen Israel, Mossad. Operasi senyap dilancarkan Mossad ke sejumlah negara Islam, lantaran telah membaca akan ada ancaman besar dari Turki.
Dalam berita VIVA Militer 14 Agustus 2020, Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) mencapai kesepakatan perdamaian. Sekutu terbesar Israel, Amerika Serikat (AS), terkejut dengan pencapaian itu. Presiden Donald Trump bahkan sampai takjub dengan memberikan ucapan selamat kepada Israel setelah perdamaian denga UEA.
Di sisi lain,Turki yang tengah terlibat ketegangan dengan Yunani, dan terlibat dalam Perang Saudara Libya dan Suriah, juga punya ambisi menaklukkan Israel. Menurut laporan media Lebanon, Al-Akhbar, yang dikutip VIVA Militer, keinginan Presiden Recep Tayyip Erdogan tampil sebagai pemimpin utama negara-negara Islam, jadi ancaman buat Israel.
Orang nomor satu Turki itu punya mimpi untuk merebut situs bersejarah umat Islam dunia, Masjid Al-Aqsa, yang saat ini berada dalam wilayah Israel. Sebagai langkah untuk merealisasikan mimpinya, Erdogan menggandeng organisasi sayap militer Palestina, Hamas.Â
VIVA Militer juga melaporkan dalam berita sebelumnya, Erdogan telah bertemu langsung dengan sejumlah delegasi Hamas Palestina di Istanbul, Sabtu 22 Agustus 2020. Meski tak diketahui hasil pertemuan itu, ada dugaan bahawa Erdogan memproklamirkan dukungannya kepada Hamas Palestina untuk melancarkan konfrontasi terhadap Israel.
Mengetahui hal ini, Israel dikabarkan telah berkoordinasi dengan sejumlah negara Islam yang sudah menjadi sekutunya. Seorang jurnalis berpaspor Inggris, Roger Boyes, mengungkap bahwa Israel kembali bergerak lewat Mossad untuk menyebar informasi kepada UEA, Mesir, dan Arab Saudi, terkait bahaya yang muncul dari Turki.
Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari Middle East Monitor, Boyes menyebut bahwa Direktur Mossad, Yossi Cohen, telah berkomunikasi dengan tiga pejabat tinggi Mesir, UEA, dan Arab Saudi. Mossad disebut Boyes sudah tidak terlalu mempedulikan Iran sebagai ancaman, dan lebih fokus kepada Turki.
"Kekuatan Iran rapuh. Tetapi, ancaman sebenarnya adalah dari Turki," Boyes melaporkan ucapan Cohen kepada pejabat tinggi Mesir, UEA, dan Arab Saudi, dalam tulisannya di Sunday Times.
"Bukanlah bahwa Iran tidak lagi menjadi ancaman ekstensial, melainkan bahwa hal itu bisa diatasi melalui sanksi, embargo, penyebaran intelijen, dan penggerebekan klandestin (operasi senyap)," bunyi pernyataan Boyes.
Israel meyakini bahwa apa yang dilakukan Turki di bawah komando Erdogan adalah tindakan blunder, dan membuat kondisi Timur Tengah kian memburuk. Sementara di sisi lainnya Turki juga membuat destabilisasi di kawasan Laut Mediterania, sebagai akibat ketegangan dengan Yunani.
"Diplomasi koersif Turki, pengambilan risiko diperhitungkan dengan sembrono di seluruh Timur Tengah, menimbulkan jenis tantangan yang berbeda terhadap stabilitas strategis di Mediterania timur," lanjut pernyaaan Boyes.
BACA: Koalisi Turki-Palestina, Erdogan Minta Hamas Segera Serang Israel