Mengerikan, Erdogan Ancam Hancurkan Yunani Seperti Suriah dan Libya
- South China Morning Post
VIVA – Ancaman mengerikan keluar dari mulut Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyusul kian meningkatnya ketegangan dengan Turki. Dengan kekuatan militernya, Erdogan tak ragu untuk menyerang Yunani jika sampai ada tindakan mengancam yang diarahkan Yunani ke kapal penelitian seismik, Oruc Reis.
Dalam berita VIVA Militer sebelumnya, armada militer Turki menunjukkan kekuatannya saat mengawal kapal Oruc Reis di Laut Mediterania. Situasi kian memanas setelah kapal-kapal perang Angkatan Laut Yunani disebut telah menembaki kapal sipil milik warga Turki di Laut Mediterania Timur.
Menyikapi kondisi di Laut Mediterania Timur, Erdogan dengan lantang memberi pernyataan tegas terkait aksi armada tempur militer Yunani. Pejabat berusia 66 tahun itu mengancam, akan ada harga yang sangat mahal yang harus dibayar militer Yunani jika sampai menyerang kapal Oruc Reis.
Tak segan, Erdogan juga siap mengerahkan pasukan militer Turki untuk menghancurkan Yunani seperti Suriah, Libya, dan Irak.Â
"Kami mengatakan kepada mereka (militer Yunani) jika sampai bertindak berani menyerang Oruc Reis, mereka akan membayar mahal. Hari ini, mereka akan mendapatkan jawaban pertama," ujar Erdogan dikutip VIVA Militer dari BulgarianMilitary.com.
Erdogan mendengar insiden yang melibatkan kapal fregat militer Yunani F451 Limnos, yang bertabrakan dengan kapal perang militer Turki F247 Kemal Reis di Laut Mediterania. Dalam laporan lain yang dinukil VIVA Militer dari Armyvoice.gr, kapal fregat milik Angkatan Laut Turki rusak akibat insiden itu.
Akan tetapi, media itu menyebut bahwa kapal perang militer Turki lah yang lebih dulu melakukan aksi provokasi dengan melakukan manuver mendekati kapal fregate Limnos.
Yunani geram dengan rencana Turki melakukan eksplorasi minyak dan gas di Laut Aegea. Yunani juga sudah mengadukan tindakan Yunani ke otoritas Uni Eropa (UE), terkait aksi Turki yang dianggap ilegal dan provokatif di Laut Mediterania Timur. Yunani mendapat dukungan penuh dari armada militer Prancis, yang dikerahkan langsung oleh Presiden Emmanuel Macron ke wilayah perairan tersebut.