Mau Bunuh Kepala Intelijen, Amerika Seret Pangeran Arab ke Pengadilan

VIVA Militer: MBS
Sumber :
  • VIVA Militer

VIVA – Ada kabar penting terkait kasus yang dihadapi mantan Kepala Intelijen Arab Saudi, Saad Al-Jabri. Pengadilan Distrik Amerika untuk Distrik Columbia Amerika Serikat dikabarkan telah menerbitkan surat pemanggilan terhadap putra mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Salman.

Suriah Memanas, Menlu Iran Tuding Ulah AS-Israel untuk Kacaukan Stabilitas Asia Barat

"Pengadilan Washington mengeluarkan panggilan pengadilan terhadap putra mahkota Saudi dalam kasus Saad Al-Jabri," dikutip VIVA Militer dari Breakingnews, Aljazeera, Selasa Agustus 2020.

Untuk diketahui, putra Raja Salman bin Saud itu diseret ke meja hijau Pengadilan Amerika atas tuduhan upaya pembunuhan sesuai tuntutan yang diadukan Al-Jabri. Surat pemanggilan itu diterbitkan pengadilan sejak Jumat 7 Agustus 2020 atau sehari setelah gugatan Al-Jabri diterima pengadilan,

Sayap Militer Hamas Rilis Video Pesan "Keabadian" dari Sandera Israel-AS untuk Donald Trump

Dalam tuntutannya ke pengadilan, Al-Jabri menceritakan upaya pembunuhan itu terjadi pada tahun 2018, tepat setelah pembunuhan jurnalis Jamal Khassoggi.

Menurut Al-Jabri, Mohammed bahkan telah membentuk tim pembunuh Al-Jabri. Tim itu berjumlah 50 orang lengkap dengan ahli forensiknya. Ketika itu Al-Jabri berada di Kanada. Dan upaya pembunuhan itu gagal karena pembunuhan bayaran itu diamankan pihak keamanan di bandara Kanada.

Donald Trump Ultimatum BRCIS yang Mau Ganti Mata Uang Dolar AS

Al-Jabri diduga mau dibunuh karena Mohammed menilai kepala Intelijen Arab Saudi periode 2015-2017 itu terlalu banyak mengetahui rahasia kejahatan sang putra mahkota. Terutama tentang konspirasi Mohammed ke Rusia.

Dalam dokumen yang diajukan ke Pengadilan, Al-Jabri mengungkapkan bahwa Pangeran Mohammed merupakan aktor yang membuat militer Rusia ikut terlibat dalam perang di Suriah.

Mohammed bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin dan meminta Rusia untuk terlibat dalam perang Suriah. Semua itu terjadi pada 2015.

Pangeran Mohammed dikatakan mendorong Rusia untuk mendukung pemerintah Suriah untuk menghajar para pemberontak. Dan benar saja, setelah itu Rusia masuk bersama tentaranya ke Suriah. Padahal menurut al-Jabri, Arab Saudi selama ini mendukung kubu pemberontak Suriah.

Menurut Al-Jabri, ketika itu Amerika belum tahu tentang konspirasi jahat Pangeran Mohammed itu. Negara Adi Kuasa itu baru tahu setelah Al-Jabri membicarakannya ke Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA), John Brennan, saat itu Al-Jabri memang ikut dalam dua rapat dengan CIA. Dan Brennan marah besar dengan konspirasi Pangeran Mohammed itu.

Baca: Konspirasi Jahat Pangeran Arab ke Rusia Terbongkar, CIA Marah Besar

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya