Fakta Terbongkar, Tentara China Masih Banyak yang Gaptek
- The Straits Times
VIVA – Peningkatan kekuatan tempur Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) yang begitu pesat, membuat Amerika Serikat (AS) gusar. Akan tetapi, militer China bukan berarti tak punya kelemahan. Sebab, ada sebuah analisa yang menyebut ada beberapa titik kelemahan armada tempur Negeri Tirai Bambu.
Menurut data yang diperoleh VIVA Militer dari Global Firepower, China adalah salah satu dari tiga negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia, dengan jumlah pesonel terbanyak. Saat ini, China memiliki 2.693.000 yang terdiri dari 2,18 juta personel aktif dan 510 ribu pasukan cadangan.
Jutaan prajurit yang dimiliki militer China, terbagi ke dalam lima matra, Angkatan Darat (PLA Ground Force), Angkatan Laut (PLA Navy), Angkatan Udara (PLA Air Force), Pasukan Roket (PLA Rocket Force), dan Pasukan Dukungan Strategis (PLA Strategic Support Force).
Dengan kekuatan personel, dan sejumlah artileri canggih, jelas armada militer China sangat disegani oleh negara-negara lain, termasuk Amerika.
Akan tetapi, faktanya tak semua personel militer China punya kualitas yang mumpuni dalam mengoperasikan senjata-senjata berteknologi tinggi di tiga matra, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Pasukan Dukungan Strategis.
Menurut laporan Hindustan Times yang dikutip VIVA Militer, strategi perekrutan Tetara Pembebasan Rakyat China saat ini diubah fari yang tadinya membuka penerimaan dari masyarakat umum, sekarang difokuskan kepada mahasiswa dari sejumlah universitas yang punya keterampilan khusus dalam hal teknis.
Dari yang tadinya membuka penerimaan dari masyarakat umum, sekarang difokuskan kepada mahasiswa dari sejumlah universitas yang punya keterampilan khusus dalam hal teknis.
Perubahan strategi perekrutan yang dilakukan Tentara Pembebasan Rakyat China, tak leps dari target informatisasi angkatan bersenjata di tahun 2035 mendatang. Hal ini juga sudah diumumkan langsung oleh Presiden China, Xi Jinping, pada Kongres Partai Komunis China (CPC) pada 2017 lalu.
Meski demikian, taktik perekrutan baru ini bukan tanpa masalah. Xi Jinping yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi Militer Pusat China (CMC), disebut sudah menjanjikan bayaran tinggi untuk calon personel dengan pendidikan tinggi. Akan tetapi, tak semua orang mau menerima tawaran itu.
Sementara di sisi lain, fakta menyebut bahwa Tentara Pembebasan Rakyat China masih kekurangan tenaga ahil yang terampil, untuk mengoperasikan peralatan yang berbasis teknologi canggih.