Ancaman dari Markas Militer Israel Sebelum Ledakan Guncang Lebanon
- VIVA Militer
VIVA – Selasa 4 Agustus 2020, tepatnya pukul 18:07 waktu setempat, sebuah tragedi mengerikan mengguncang Lebanon. Ledakan dahsyat terjadi di Pelabuhan Beirut, lebih dari 100 orang meninggal, ribuan terluka dan banyak yang hilang entah kemana.
Sejauh ini pemerintah Lebanon menyatakan ledakan dahsyat diakibatkan zat kimi berjenis Amonium Nitrat yang dibiarkan menumpuk tanpa standar keamanan di dalam salah satu gudang penyimpanan di pelabuhan. Total terdapat 2.750 ton Amonium Nitrat di tempat itu.
Disebutkan zat kimia itu sebenarnya barang sitaan yang dilakukan pada tahun 2013. Awalnya Amonium Nitrat itu berada di atas kapal MV Rhosus berbendera Moldova yang sedang berlayar dari Batumi, Georgia menuju Beira, Mozambik.
Namun kapal itu singgah di Beirut karena mengalami masalah pada mesin. Ketika dilakukan pemeriksaan oleh petugas pelabuhan, ternyata kapal dinyatakan tak layak berlayar dan dilarang melanjutkan perjalanan. Semua kru dipulangkan ke negara masing-masing sedangkan zat kimia yang ada di kapal disita dan disimpan di gudang. Sayangnya pemilik barang dikabarkan bangkrut dan ribuan ton Amonium Nitrat dibiarkan begitu saja di dalam gudang.
Hanya saja, penyebab yang disebutkan pemerintah Lebanon itu tak serta merta membuat banyak pihak percaya. Apalagi ledakan yang diciptakan sangat-sangat mengerikan dan dinilai mirip dengan ledakan bom nuklir.
Berbagai prasangka pun bermunculan, terutama ketika Presiden Donald Trump menyatakan bahwa ledakan itu kemungkinan adalah sebuah serangan bom. Bukan ledakan biasa.
Mata dunia pun tertuju pada negara tetangga Lebanon, yakni Israel. Negeri Yahudi itu dicurigai berada di balik serangan bom yang memicu ledakan. Sebab seperti diketahui bersama, Israel merupakan musuh Lebanon. Apalagi hubungan kedua negara sedang memanas setelah terjadi beberapa kali konfrontasi di perbatasan. Ditambah lagi Israel juga sedang gencar membidik pusat-pusat pertahanan Hizbullah.
Milisi bersenjata ini memang dalam sepekan terakhir membuat pusing Israel dengan serangkaian serangan yang dilakukan di perbatasan dengan Lebanon.
Yang menariknya, Israel merupakan negara pertama yang menyangkal terlibat atau mendalangi ledakan dahsyat di Beirut itu.
Tapi, VIVA Militer menemukan sebuah fakta dari markas militer Israel (IDF). Mau tahu apa faktanya?
Ternyata beberapa jam sebelum ledakan dahsyat terjadi, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengeluarkan sebuah pernyataan resmi. Dan itu bukan pernyataan biasa, tapi lebih bernada ancaman alias ultimatum.
Pernyataan itu disampaikan Netanyahu ketika berada markas militer Israel, IDF Home Front Command (IDFHFC) di Ramla dan mengadakan penilaian dan diskusi tentang upaya IDFHFC akan membantu memerangi Virus Corona.
Dalam siaran resmi yang diterbitkan Pemerintah Israel disebutkan, ancaman itu dilontarkan Netanyahu untuk menjawab situasi keamanan di utara Israel. Diketahui wilayah ini sedang intens digempur Hizbullah.
Memang ancaman itu tak langsung menyebut nama Kota Beirut atau Lebanon. Apa bunyi ancamannya?
"Kami menghajar jaringan dan sekarang kami menghajar operator. Kami akan melakukan apa yang diperlukan untuk membela diri. Saya menyarankan kepada mereka semua, termasuk Hizbullah, untuk mempertimbangkan ini. Ini bukan kata-kata yang sia-sia; mereka merupakan ancaman negara Israel dan IDF di belakang mereka dan ini harus ditanggapi dengan serius," kata Netanyahu.
Perlu diketahui, Beirut merupakan salah satu kota yang selama ini disebut-sebut Israel sebagai wilayah utama Hizbullah menyimpan persenjataan termasuk zat kimia untuk bahan peledak. Bahkan Netanyahu pernah memaparkan kondisi Beirut saat berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).