4 Tanda Perang Besar Mesir Vs Turki Akan Pecah di Libya
VIVA – Tanda-tanda akan pecahnya perang besar antara koalisi Tentara Nasional Libya (LNA) dan Angkatan Bersenjata Mesir melawan pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional (LNA) dan militer Turki plus tentara bayaran Suriah sudah muncul.
Berdasarkan pengamatan VIVA Militer, Kamis 16 Juli 2020, paling tidak ada 4 tanda pertempuran akan pecah di Kota Sirte dan Al-Jafra.
Tanda pertama ialah, telah disiagakannya sistem pertahanan udara di beberapa tempat.
Di perbatasan Mesir dan Libya terpantau ada sistem pertahanan udara buatan Rudia S-300.
Rudal pertahanan udara ini merupakan persenjataan milik Sang Raja Militer Afrika, Mesir.
Tanda yang kedua ialah, terdeteksi ada pergerakan Angkatan Udara Turki yang terpantau terbang dari Turki dan mendarat di Libya.
Sebuah pesawat angkut militer strategis Angkatan Udara Turki A400M-180 berangkat dari Bandara Ataturk Istanbul mendarat di Bandara Misrata.
Sedangkan pesawat angkut taktis militer C-130E lainnya berangkat dari Bandara Konya bersiap mendarat di Bandara Mitiga, Tripoli.
Lalu Lockheed C130 Hercules 711468 milik Skuadron terbang dari Konya ke Al Watiya.
Tanda ketiga, Angkatan Bersenjata Mesir sudah mulai meringsek masuk ke wilayah perbatasan Libya. Mereka melakukan latihan militer di dekat perbatasan Libya untuk menunjukkan kekuatan militer 'Singa Gurun Pasir' kepada pemerintahan Turki.
Juru bicara militer Mesir mengatakan, latihan militer di dekat perbatasan Libya dengan mengerahkan kekuatan Angkatan Udara dan Angkatan Bersenjata Mesir. Latihan militer yang menggunakan sandi 'Resolve 2020' itu menargetkan tempat persembunyian atau markas para tentara bayaran yang dianggap sebagai musuh-musuh mereka.
Tanda keempat, Mesir telah mengirimkan alat perang untuk LNA berupa kendaraan lapis baja.
Persenjataan dipasok militer Mesir ke Libya melalui jalur laut dan berlabuh di Pelabuhan Kota Tobruk.
Dikabarkan sejak pekan lalu, sudah puluhan kontainer yang dikirim Mesir ke LNA.
Untuk diketahui, Mesir memutuskan ikut perang melawan GNA dan Turki karena kesal GNA tak mau diajak berdamai. Seiring dengan penolakan damai itu, Parlemen Libya memberikan lampu hijau kepada Mesir untuk ikut bertempur.
Baca: Jatuh di Gunung Artos, Pesawat Militer Turki Diduga Ditembak