Perang China India Bisa Pecah di Mulut Selat Malaka, Indonesia Bahaya

VIVA Militer: Kapal perang China.
Sumber :
  • Chinese Military

VIVA – Bentrokan tentara China dan India sudah mereda seiring dengan dilakukan perundingan perdamaian penarikan pasukan dari wilayah perbatasan kedua negara di sekitar Lembah Galwan, Ladakh Timur.

Antisipasi Bencana Nasional, Pangkogabwilhan II Cek Kesiapan Pasukan PRCPB Yonzipur 10 Kostrad

Walau begitu, ketegangan masih berlanjut. Terlihat dengan persiapan militer kedua negara mengerahkan banyak alat perang ke daerah-daerah terdekat dengan perbatasan. Malah India dengan terburu-buru banyak melakukan pembelian kilat persenjataan ke beberapa negara.

Memang sih, jika dilihat dari perbandingan kekuatan angkatan bersenjata, tentu pasukan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China jauh unggul dari India, walaupun sesungguhnya dari jumlah total prajurit India lebih banyak dari China.

4 Kapal Perang Terlibat Dalam Latma Helang Laut Antara TNI AL dan Royal Brunei Navy di Laut Jawa

Nah yang menarik sebenarnya ialah menurut analisa pengamat militer dunia dari Open Source Intelligence (Osint) HI Sutton sebenarnya India bisa dengan mudah meruntuhkan China, terutama sektor ekonominya dengan cara kekuatan militer.

Dalam tulisannya yang dikutip VIVA Militer dari Forbes, Kamis 8 Juli 2020, menurut Sutton, India bisa menghancurkan China karena memang negara itu memiliki keunggulan teritorial terhadap jalur pelayaran ekonomi besar dunia.

Jaga Kondusifitas Selat Malaka, Bea Cukai dan Kastam Malaysia Gelar Operasi Patkor Kastima 2024

Bahkan, menurut penulis angkatan laut terkenal dunia, Larry Bond saat berbicara melalui podcast bertema Tac Ops, saat China sedang dihantui ketakutan India sadar memiliki keunggulan dan memanfaatkannya untuk membunuh pelayaran ekonomi China dengan kekuatan militer di Samudera Hindia.

Larry mengatakan, tak sulit bagi India, mereka hanya perlu menutup pintu masuk menuju Selat Malaka dengan cara mengerahkan kapal perang untuk mengadang kapal-kapal China yang akan memasuki selat bisnis dunia itu.

"Jika India ingin memutuskan perdagangan dengan China, yang harus mereka lakukan hanyalah memarkir banyak kapal di Selat Malaka. Dan hanya itu, tidak ada hal lain yang melewati jalan itu," kata Larry Bond.

Perlu diketahui, India merupakan pemegang hak kedaulatan laut atas mulut Selat Malaka karena India menguasai perairan Kepulauan Andaman dan Nicobar.

Berdasarkan catatan, sebagian besar impor minyak China dari Teluk Persia, Venezuela dan Angola melintasi Selat Malaka. Di selat sempit itu salah satu jantung ekonomi China dipertaruhkan.

Saking takutnya China dengan potensi penutupan mulut Selat Malaka oleh militer India, mereka telah menyiapkan jalur alternatif seperti membuka Jalur Sutera Kutub melalui rute laut utara di Arktik. China juga membangun pelabuhan baru di Pakistan sebagai rute ekonomi darat.

Tapi lihat saja, jalur alternatif itu ternyata menelan biaya yang besar karena berbagai kendala. Untuk membangun Pelabuhan Baru di Gwadar, Pakistan, China menggelontorkan dana 7,2 miliar Dolar Amerika.

Jadi China tak cuma membangun pelabuhan tapi juga jalur kereta api yang menghubungkan Gwadar ke Kashgar, China. Sayangnya Gwadar sangat rentan mendapat serangan udara militer India. Dan tentunya China lagi-lagi masih membutuhkan kekuatan politik dan militer sebab melibatkan negara ketiga.

Sementara Jalur Sutera Kutub lumayan tak rumit, karena memang berdasarkan Kebijakan Kutub Utara 2018, China menegaskan bahwa mereka adalah bagian dari negara yang berada dekat Arktik. Jalur ini juga telah bisa dilalui karena es mulai mencair, malahan pada 2013 kapal China sudah pernah berhasil menyeberangi kutub.

Sekarang pun China sedang melakukan pembangunan pelabuhan di Kutub Utara dan itu memudahkan mereka untuk memasuki wilayah Eropa, karena terhubung pada satu daratan yang sama. Sisi ini China menguntungkan untuk ekspornya, rute darat sudah mulai dikembangkan.

China bahkan sudah menciptakan pemecah es pertama kali, buatan lokal bernama Xue Long 2 pada 2018. Kapalnya saja dibangun dengan melibatkan ahli dari Finlandia Aker Arctic.

Hanya saja sepertinya China masih lebih tertarik melintasi Jalur Sutera dia Selat Malaka. Mereka sangat sadar ancaman militer India. Karena itulah sejak beberapa waktu lalu China sudah membangun pangkalan militer di tanduk Benua Afrika, tepatnya di Djibouti.

Pendirian pangkalan militer ini ditujukan memang untuk mengantisipasi ancaman hadangan kapal angkatan bersenjata India di mulut Selat Malaka. Karena dengan adanya pangkalan militer, militer China dengan mudah menghimpun kekuatan untuk menggempur militer India jika benar-benar mau memblokir pintu masuk Selat Malaka.

Nah, jika India nekat melakukan penutupan pintu Selat Malaka dengan kekuatan militer untuk menghadang kapal-kapal ekonomi China. Dan ditambah China juga nekat mengerahkan pasukan untuk menggempur militer India di perairan itu, maka yang harus paling waspada adalah tiga negara penguasa Selat Malaka. Yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura.

Sebab jika konfrontasi China dan India pecah di pintu masuk Selat Malaka, tentu saja membahayakan keamanan ketiga negara, terutama Indonesia. Sebab mulut Selat Malaka berada tak jauh dari daratan ujung paling barat Sumatera.

Apalagi rencananya China akan mengerahkan kapal selam nuklir ke Djibouti untuk memperkuat armada perang Samudera Hindia dan mengamankan jalur perdagangan internasional mereka yang akan melintasi Selat Malaka.

Baca: Gawat, Australia Bisa Seret Indonesia Ikut Perang Lawan China

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya