Nyali Amerika Tak Ciut Usai China Pamer Rudal Penghancur Kapal Induk
- US Naval Institute
VIVA – Situasi di Laut China Selatan dipastikan akan terus memanas. Kampanye militer Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) di wilayah tersebut, mendapat respon dari Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (US Armed Forces). Aksi unjuk kekuatan militer China dijawab dengan pengerahan tiga kapal induk dan sejumlah kapal perang Amerika.
Amerika sudah mengerahkan tiga kapal induk, USS Nimitz, USS Theodore Roosevelt, dan USS Ronald Reagan, sejak pertengahan Juni 2020. Menurut laporan News.au yang dikutip VIVA Militer, pengiriman armada laut militer Amerika adalah jawaban atas sejumlah aksi unjuk taring militer China di Laut China Selatan.
Meski mengetahui bahwa tiga kapal induk Amerika sudah keliaran di Laut China Selatan, China langsung menggelar latihan militer di kawasan itu mulai 1-5 Juli 2020. Membalas perang urat syaraf Amerika, China pun memamerkan dua rudal balistik anti kapal-induk, Dongfeng DF-21D dan DF-26.
Media ternama China, Global Times, menyatakan bahwa Negeri Tirai Bambu punya banyak opsi senjata untuk menghancurkan kapal-kapal induk Amerika. Tak hanya itu, Global Times juga menyebut bahwa China dengan senang hati menerima tantangan Amerika.
"China memiliki banyak pilihan senjata anti-kapal induk seperti DF-21D dan DF-26, yang merupakan #rudal 'pembunuh kapal induk'. Laut China Selayan sepenuhnya berada dalam jangkauan #PLA. Setiap pergerakan kapal induk AS di kawasan itu dengan senang hati diterima oleh PLA," bunyi pernyataan Global Times di Twitter.
Pernyataan Global Times ternyata terpantau oleh, Angkatan Laut Amerika (US Navy) membalasnya. Dalam akun Twitter resmi Kepala Informasi Angkatan Laut, Amerika menegaskan tak peduli dengan kemampuan rudal-rudal anti-kapal induk China.
"Namun, itu lah mereka. Dua kapal induk @USNavy sudah beroperasi di perairan internasional Laut China Selatan. #USSNimitz & #USSRonaldReagan sama sekali tidak terintimidasi," bunyi pernyataan Angkatan Laut Amerika.
Tak sendirian, Amerika juga didukung oleh sejumlah armada militer dua negara Asia Tengara, Vietnam dan Filipina. Satu negara lainnya yang juga ada di kubu Amerika adalah Australia, yang juga sudah mengirim sejumlah kapal perangnya untuk ikut latihan gabungan.